Meski guncangan di rumah tradisional Aceh lebih kuat, Tarmizi mengatakan hal itu efek dari kait kayu yang sengaja dipasang longgar. Bahkan, menurut Tarmizi rumah Aceh bisa terangkat jika ada gempa dahsyat. Jika bangunan bergeser, itu pun hanya beberapa sentimeter dan dalam keadaan utuh
Menurut dia, pondasi dari suatu tempat, batu utuh ditanam dangkal untuk memperlentur pergerakan keseluruhan bangunan sesuai dengan pergerakan tanah saat gempa. Tarmizi mengatakan, rancangan rumah Aceh itu mampu mengurangi korban jiwa.
"Belum ada sejarahnya gempa besar yang merobohkan Rumah adat Aceh. Berkali-kali digoyang gempa, Rumah Aceh tetap tegak. Bisa dicek sendiri, sudah berapa kali gempa dan tsunami, tapi rumah Aceh lama masih berdiri kokoh," kata Tarmizi.
Namun, sayangnya kekuatan rumah Aceh dalam mengurangi korban jiwa tersebut tidak banyak diterapkan oleh generasi saat ini. Karena, masyarakat hari ini lebih banyak membangun rumahnya dari beton, besi dan material berat lainnya. Sementara, kata dia, orang-orang dulu menggunakan kayu yang kokoh seperti besi.
"Tapi kayu-kayu sekarang cepat rapuh, karena kayunya tidak berkualitas. Kalau dibuat kayu semua tidak bisa karena dilarang, makanya kembalilah ke rumah modern atau rumah kekinian," ujar Tarmidzi.
Tarmizi mengimbau agar rumah adat ini tak hanya dilestarikan sebagai warisan budaya saja. Tapi, hendaknya bisa dikembangkan dengan teknologi modern. "Kita minta gaya dan arsitektur rumah adat Aceh jangan diubah, mungkin bahannya bisa yang lain, karena kayu sudah mulai langka," ucap Tarmizi.