Rabu 07 Dec 2016 18:51 WIB

Bachtiar Nasir: Peserta Aksi 212 Marak Diintimidasi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ilham
Ulama Bachtiar Nasir hadir dalam Aksi Bela Islam 3 di kawasan Monas, Jakarta, Jumat (2/12).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengulas Aksi Bela Islam III, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF) menyebut peserta aksi marak diintimidasi. Namun, itu tidak menyurutkan dan malah mengobarkan semangat.

Ketua GNPF Ustaz Bachtiar Nasir menjelaskan, sebelum Aksi 212 pada 2 Desember dilakukan, ada aneka intimidasi malu-malu hingga terang-terangan yang dilakukan kepada peserta aksi. Mulai dari melarang perusahaan angkutan menyewakan bus, sampai menerbangkan heli untuk menyebarkan maklumat.

Ustaz Bachtiar membandingkan itu dengan yang dilakukan Inggris untuk melucuti ghanimah rakyat Surabaya dari Jepang pada masa perang merebut kemerdekaan. Inggris lupa kalau itu justru malah membangkitkan semangat. Bahkan, pasukan dari Jawa Barat jalan kaki ke Surabaya untuk membantu.

Ustaz Bachtiar menyebutkan, intimidasi salah satunya terjadi pada peserta Aksi Bela Islam III dari Madura yang uangnya dikembalikan oleh PO bus. Kemudian, peserta aksi dari Sumatera Barat diganggu jalannya dan peserta aksi dari Kalimantan Timur diancam oleh gubernurnya dengan tudingan calon teroris.

Yang mengharukan adalah spirit Siliwangi dari Tanah Pasundan. ''Sangat membanggakan. Seakan-akan resonansi spirit Fatahilah dari Kesultanan Cirebon yang pernah menjayakan Batavia setelah diduduki Belanda. Mereka jalan kaki dari Ciamis ke Jakarta,'' ungkap Ustaz Bachtiar dalam Silaturahim Pasca Aksi Bela Islam III di Masjid Raya Pondok Indah, Selasa (6/12).

Bukan, mereka tidak diberi sumbangan. Di jalan banyak yang menawarkan bus. Tapi mereka berprinsip, kalau tekad sudah dikumandangkan, pantang pulang sebelum sampai ke tujuan. Patriotisme Siliwangi bangkit kembali.

''Kami kebanjiran telepon dari mereka yang bersedia menyiapkan aneka kendaraan bagi saudara-saudara kita dari Ciamis, bahkan ada yang menyiapkan uang bagi mereka saat pulang. Tapi Ciamis menolak. Mereka tetap jalan kaki,'' ungkap Ustaz Bachtiar.

Masyarakat kagum dan menyambut mereka bak pahlawan. Bantuan datang hingga bertruk-truk bagi mereka. Tapi tidak mereka ambil, mereka tidak lemah dan semangat Siliwangi tetap jadi energi. Sehingga jalan dari Taman Mini ke Monas terasa ringan saja bagi mereka.

Menjelang Aksi Bela Islam III, sempat terpecah pula tokoh agama dengan tokoh nasional. Mulai dari menganjurkan jangan aksi lagi, sampai fatwa shalat Jumat di jalan tidak sah. ''Yang menarik di hari H, yang mengancam dan yang melarang, justru datang dan shalat bersama. Terpujilah Allah SWT,'' kata Ustaz Bachtiar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement