REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF) meminta umat Islam tetap merawat semangat persaudaraan 2 Desember. Sebagai bagiannya, GNPF akan menggelar Safari Nasional dan shalat subuh berjamaah di masjid.
Ketua GNPF Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan, Aksi Bela Islam II pada 4 November lebih pada kekagetan dan euforia umat Islam bisa bersatu. Tapi Aksi Bela Islam III pada 2 Desember menunjukkan umat Islam sudah bersatu.
Evaluasi Aksi 2 Desember sudah dilakukan di internal GNPF. GNPF sedang mendengar masukan pasca-Aksi 2 Desember. Persaudaraan umat Islam adalah yang paling penting dan itu harus dirawat.
GNPF akan melakukan Safari Nasional di 34 provinsi untuk merawat kebersamaan ini karena hal tersebut merupakan tuntutan yang sulit ditolak. Begitu pun akan ada gerakan shalat subuh berjamaah yang akan dimulai pada 12 Desember. Shalat subuh berjamaah ini juga untuk menjaga persaudaraan.
''Shalat itu membangkitkan ruhiyah dan ghirah umat Islam. Sebab, pembangunan ruhiyah diawali dari shalat,'' kata Ustaz Bachtiar usai kegiata Silaturahim Pasca Aksi Bela Islam III di Masjid Raya Pondok Indah, Selasa (6/12).
Dalam taujih kepada jamaah yang hadir, Ustaz Bachtiar menjelaskan, faktanya umat terbesar bangsa ini yang selama ini terpinggir dari keadilan sosial, mulai bersuara dan membaca dengan kecerdasannya mengapa hukum bisa lumpuh di depan satu orang.
Padahal orang tersebut jauh dari nilai Pancasila dan Kebhinekaan. Orang yang sesungguhnya tidak kenal nasionalisme. Perlahan tabir terbuka dan umat masih sabar. Yang terjadi selanjutnya, umat akhirnya melihat hukum masih dipermainkan. Penista agama makin pongah. Akhirnya GNPF memutuskan menggelar Aksi 2 Desember sebagai aksi lanjutan 4 November. 2 Desember adalah hari aksi damai, hari melawan dan bertahan, hari menang dengan bersabar.
Aksi 2 Desember harusnya di Bundaran HI dan GNPF tidak ingin di Istana karena nanti ditembaki lagi. Bukan karena takut, tapi ingin damai dan tidak ingin ada darah tertumpah. Komitmen aksi damai tidak boleh bergeser, walau ada yang tidak puas.
''Kami tidak ingin seperti 1998 yang murni politik karena ingin ada yang berkuasa. Kami tidak ingin berkuasa karena memikul kekuasaan itu sungguh berat. Kami yakin keadilan masih tegak. Tidak usah capek menumbangkan, sebab kalau menyimpang dari hukum Allah SWT, ia akan tumbang sendiri,'' tegasnya.