Kamis 01 Dec 2016 14:49 WIB

Kemendesa Luncurkan Buku Rencana Bisnis Daerah Perbatasan

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat menjadi narasumber di  Stadium General ITB
Foto: Istimewa
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo saat menjadi narasumber di Stadium General ITB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,  Transmigrasi meluncurkan buku Rencana Bisnis dan Investaai Daerah Perbatasan. Buku tersebut merupakan informasi untuk mendorong adanya investasi di daerah perbatasan.

"Terkait peluncuran buku, merupakan pendalan profil potensi daerah perbatasan. Buku itu memuat kekayaan daerah dan unggulan investasi," kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo dalam acara Forum Bisnis dan lnvestasi di Daerah Perbatasan di Jakarta, Kamis (1/12).

Eko bergarap, buku susunan Kementerian Desa bersama Univetsitas Gajah Mada (UGM) tersebut dapat mengambangkan sarana dan prasarana serta kondisi perekonomian suatu daerah perbatasan. Hal itu sesuai dengan tujuan pemerintah yang ingin menjadikan daerah perbatasan sebagai halaman depan NKRI yang maju dan berdaya saing.

"Kita sadar, potensi SDA di daerah perbatasan melimpah, tapi belum dimanfaatkan secara optimal," ujar Eko.

Eko menjelaskan, buku itu memuat kelayakan investasi, khususnya untuk komoditas-komoditas unggulan di daerah perbatasan di enam kabupaten percontohan, yaitu Kabupaten Natuna, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Belu, Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Pulau Morotai, dan Kabupaten Merauke.

Berikut ringkasan muatan buku Rencana Bisnis dan Investasi Daerah Perbatasan.

Pertama, Kabupaten Natuna dengan komoditas potensial di sektor perikanan, pariwisata, dan komoditi cengkih, karet, serta kelapa. Untuk investasi awal dibutuhkan pelabuhan perikanan, penambahan armada perikanan tangkap, pembangunan pusat pendaratan ikan, pembangunan pabrik es kapasitas 10 ton dan gudang penyimpanan kapasitas 50 ton, sub-pelabuhan perikanan, pengadaan sarana dan prasarana budidaya perikanan, pasokan bahan bakar, dan sumber daya manusia.

Kedua, Kabupaten Nunukan dengan komoditas potensial di komoditas perikanan dan rumput laut yang memiliki peluang pasar domestik maupun ekspor ke mancanegara. lnvestasi yang dibutuhkan sebesar Rp 56,95 miliar. Sedangkan untuk budidaya rumput laut dicanangkan seluas 3.300 hektar dengan perkiraan kebutuhan investasi sebesar Rp 146.360 miliar. Selain itu, potensi investasi usaha perikanan tangkap Rp 94.784 miliar dan investasi perikanan budidaya Rp 45.270 miliar.

Ketiga, Kabupaten Belu memiliki potensi komoditas jagung dan ternak sapi dengan target pengembangan 2.500 sapi pada lahan 500 hektar. Sementara untuk jagung ditargetkan seluas 1.000 hektar dengan prediksi dapat meningkatkan produksi hingga 5.000 ton per tahun dengan dua kali masa panen. Untuk komoditas jagung seluas 100 hektar, diperkirakan membutuhkan investasi mencapai Rp 4,7 miliar. Sedangkan perkiraan investasi untuk ternak sapi dengan luas penggembalaan 100 hektare mencapai Rp 84,5 miliar per tahun.

Keempat, Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan potensi di komoditas serat pisang abacca dan perikanan tangkap. lnvestasi yang diperlukan yakni penyediaan gudang es penyimpanan yang mampu menampung Iebih banyak ikan hasil tangkapan kualitas ekspor dengan perkiraan sebesar Rp 1.179 miliar. Jika dikalkulasi dengan peningkatan target menjadi 200 ton, maka memerlukan investasi sebesar Rp 3.845 miliar.

Kelima, Kabupaten Pulau Morotai yang membutuhkan investasi untuk pembangunan resort pariwisata dengan asumsi luas lahan 10 hektar adalah Rp 29.164 miliar. Sedangkan kebutuhan investasi untuk produksi ikan tuna dengan pengadaan kapal seharga Rp 1.272 miliar, maka diprediksi dapat dihasilkan tangkapan tuna sebanyak 4.136 ton setahun.

Keenam, Kabupaten Merauke komoditas potensial terletak pada produk padi dan peternakan. Kebutuhan investasi padi dengan luas lahan sawah 1.000 ha diperkirakan mencapai Rp 8,66 miliar, khususnya untuk sawah tekno yang memiliki NPV di atas estimasi belanja modal dengan BCR 6,3 dan PP dua tahun dua bulan. Dengan keunggulan tersebut, lahan ini berpotensi sangat menguntungkan. Sedangkan kebutuhan investasi ternak sapi dengan jumlah 100 ekor adalah Rp 1.497 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement