Kamis 01 Dec 2016 11:59 WIB

Menkes: Penularan HIV AIDS Tertinggi karena Perilaku Heteroseksual

Menteri Kesehatanb Nila F. Moeloek dan Gubernur Jatim Soekarwo serta Wagub Jatim Saifullah Yusuf pada acara Kampanye Peringatan Hari AIDS sedunia di Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (1/12)
Menteri Kesehatanb Nila F. Moeloek dan Gubernur Jatim Soekarwo serta Wagub Jatim Saifullah Yusuf pada acara Kampanye Peringatan Hari AIDS sedunia di Gedung Grahadi Surabaya, Kamis (1/12)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek mengungkapkan bahwa faktor risiko penularan HIV terbanyak adalah melalui hubungan seks yang berisiko pada heteroseksual. Yaitu  66 persen. Diikuti oleh  penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna napza suntik (penasun) sebesar 11 persen, lelaki seks dengan lelaki sebesar tiga persen serta penularan dari ibu ke anak sebesar tiga persen.

Ini diungkapkan Menkes pada Kampanye Puncak Peringatan Hari HIV AIDS sedunia di Gedung Grahadi, Surabaya, Kamis (1/12). Dikatakan Menkes, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan tertinggi adalah pada ibu rumah tangga (10.626); tenaga non professional/karyawan (9.603); wiraswasta (9.439); petani/peternak/nelayan (3.674); buruh kasar (3.191); penjaja seks (2.578); PNS (1.819); dan anak sekolah/ mahasiswa (1.764). Data – data yang didapat tersebut di atas mendasari dalam strategi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS yaitu dengan pendekatan yang berfokus dalam keluarga dan masyarakat.

Menkes menjelaskan pencegahan dan pengendalian HIV AIDS harus dilakukan bersama sama oleh pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilakukan dengan   koordinasi, kemitraan serta partisipasi aktif dari komunitas populasi kunci, populasi sasaran serta masyarakat umum merupakan salah satu pilar dari Layanan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual Komprehensif

Berkesinambungan atau dikenal sebagai LKB yang merupakan strategi utama dalam pengendalian HIV AIDS dan PIMS. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam: (1) berperilaku hidup sehat; (2) mengatasi masalah kesehatan secara mandiri; (3) berperan aktif dalam pembangunan kesehatan; serta (4) menjadi penggerak dalam pembangunan berwawasan kesehatan.“Prinsip dasar dalam Strategi Nasional Pengendalian HIV AIDS adalah dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat yang mencakup: organisasi profesi; organisasi kemasyarakatan; dan organisasi keagamaan”, papar Menkes.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengungkapkan bahwa ditemukan di Jawa Timur hingga periode pelaporan bulan September 2016, secara kumulatif adalah sebanyak 36.881 orang.’’JUmlah tersebut adalah 64 persen dari perkiraan jumlah kasus HIV di Jawa Timur,’’ papar Pakde Karwo, sapaan Gubernur Jatim Soekarwo.

Namun menurutnya penemuan tersebut bukan berarti HIV AIDS di Jatim tidak terkendali. ‘’Namun hal tersebut merupakan bukti dari keseriusan pemerintah Jatim pada upaya percepatan deteksi dini dengan menemukan kasus HIV sebanyak banyaknya. Penemuan yang tinggi tersebut dilanjutkan dengan membuka akses pengobatan untuk mereka,’’ tandas Pakde Karwo dalam acara yang juga dihadiri Wagub Jatim, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement