Kamis 01 Dec 2016 11:22 WIB

Menkes: Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS Perlu Perhatian banyak Pihak

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam acara Kampanye Hari HIV/AIDS sedunia di Gedung Grahadi, Surabaya, Kamis (1/12)
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo dalam acara Kampanye Hari HIV/AIDS sedunia di Gedung Grahadi, Surabaya, Kamis (1/12)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA-- Menteri Kesehatan RI, Nila F. Moeloek pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah. Sejak tahun 2005 sampai dengan Desember 2015 telah dilaporkan 191.073 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian banyak pihak. “Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan penemuan kasus HIV yang tinggi, bersama dengan provinsi DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah”, ujar Menkes  pada acara puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun 2016 di Gedung Grahadi,  Surabaya, Kamis (1/12).

Acara hari ini diadakan setelah beberapa rangkaian acara yang dilaksanakan sebelumnya antara lain; Kampanye Peduli HIV AIDS pada siswa SMA di Kota Batam, Kepulauan Riau; Kampanye Keluarga peduli HIV AIDS pada keluarga nelayana di Sukabumi, Jawa Barat; dan Kampanye serta Tes HIV di 10 wilayah di Kota Malang dan Kota Surabaya Jawa Timur.

Tema Nasional Hari AIDS Sedunia tahun 2016 adalah “Mari Kita Berubah, Masa Depan Gemilang Tanpa Penularan HIV”.  Menkes mencanangkan gerakan ajakan Tes HIV untuk masyarakat umum. Ajakan untuk masyarakat tersebut dilakukan dalam bentuk Kegiatan Kampanye Peduli HIV AIDS dengan slogan TOP. Yaitu segera Temukan_ orang dengan HIV AIDS (ODHA), segera Obati dengan antiretroviral (ARV), untuk Pertahankan kualitas hidup ODHA

Menkes mengatakan pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS perlu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah, dikarenakan sejak tahun 2005 sampai dengan Desember 2015 telah dilaporkan 191.073 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian banyak pihak.

Dikatakan Menkes, faktor risiko penularan HIV terbanyak adalah melalui hubungan seks yang berisiko pada heteroseksual (66%); penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (11%); lelaki seks dengan lelaki (3%); serta penularan dari ibu ke anak (3%).

Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan tertinggi adalah pada ibu rumah tangga (10.626); tenaga non professional/karyawan (9.603); wiraswasta (9.439); petani/peternak/nelayan (3.674); buruh kasar (3.191); penjaja seks (2.578); PNS (1.819); dan anak sekolah/ mahasiswa (1.764). Data – data yang didapat tersebut di atas mendasari dalam strategi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS yaitu dengan pendekatan yang berfokus dalam keluarga dan masyarakat.

Menkes menjelaskan pencegahan dan pengendalian HIV AIDS harus dilakukan bersama sama oleh pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilakukan dengan   koordinasi, kemitraan serta partisipasi aktif dari komunitas populasi kunci, populasi sasaran serta masyarakat umum merupakan salah satu pilar dari Layanan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual Komprehensif Berkesinambungan atau dikenal sebagai LKB yang merupakan strategi utama dalam pengendalian HIV AIDS dan PIMS. Oleh karena itu, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam: (1) berperilaku hidup sehat; (2) mengatasi masalah kesehatan secara mandiri; (3) berperan aktif dalam pembangunan kesehatan; serta (4) menjadi penggerak dalam pembangunan berwawasan kesehatan.

“Prinsip dasar dalam Strategi Nasional Pengendalian HIV AIDS adalah dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat yang mencakup: organisasi profesi; organisasi kemasyarakatan; dan organisasi keagamaan”, papar Menkes.

Menkes menambahkan Kampanye Peduli HIV AIDS yang dilakukan saat ini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang HIV AIDS, menggerakkan peran serta aktif masyarakat secara luas dalam upaya pencegahan penularan HIV, menumbuhkan kesadaran tentang perlunya tes HIV untuk semua orang,  serta menghilangkan stigma untuk HIV.

“Kami berharap dan menyampaikan ajakan pada semua masyarakat untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan Tes HIV, tidak melakukan diskriminasi maupun stigma pada orang yang melakukan tes HIV; dan tidak menstigma orang yang terinfeksi HIV, dikarenakan semua orang berpeluang untuk terinfeksi HIV”, katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement