REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Direktur Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hitima Wardhani MPH mengungkapkan korban kejahatan seksual anak di Indonesia terus meningkat. Bahkan dalam dua jam anak perempuan dan laki-laki menjadi korban.
"Kasus ini memprihatinkan dan anak korban kejahatan seksual berpotensi menjadi generasi yang tidak berkualitas dan pada akhirnya Indonesia terancam kehilangan generasi potensial," kata Hitima di Pekanbaru, Rabu (30/11).
Dalam laporannya Hitima menyebutkan kini generasi bangsa berada pada kondisi yang mengerikan yang saat bersamaan menghadapi MEA. "Pada era MEA, tidak ada batasan bahkan dari semua jenis lapangan kerja diisi tenaga kerja asing, lalu bagaimana dengan kualitas anak bangsa ini untuk bisa terlibat optimal dalam pembangunan," katanya.
Bahkan warga negara asing akan lebih mudah menjadi WNI. Setelah punya KTP mereka akan bisa membeli rumah, dan memperoleh investasi dengan mudah, sementara itu generasi muda Indonesia akan menjadi penonton di negeri sendiri. Oleh karena itu perlu perhatian serius lebih pada upaya-upaya peningkatan kualitas SDM.
Ia memandang ketika anak perempuan menjadi korban kekerasan seksual sama tinggi risikonya saat anak laki-laki menjadi korban kejahatan seksual. Generasi yang tidak sehat (deraan trauma) akan terganggu kesehatan jiwanya dan menghambat mereka dalam beraktivitas.
Sementara itu, rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksinya memicu anak tidak mengenal bahaya yang mengancam mereka, tidak tahu reproduksinya diraba-raba hingga terjadinya pelecehan dan menjurus lebih parah ke perkosaan, karena mereka takut untuk melaporkannya.
"Seharusnya anak diajarkan berani berteriak mengatakan tidak agar kesehatan produksinya bisa terlindungi dengan baik," katanya.
Ia mengatakan tingginya kasus kejahatan seksual terhadap anak juga dipicu oleh era globalisasi dengan maraknya media sosial, internet serta tidak terbendungnya keingintahuan pelaku untuk mencoba dan meniru perilaku negatif via internet. Solusinya adalah, orang tua perlu mengajari anak untuk menjaga kesehatan reproduksinya dan berani mengatakan tidak alat repoduksi tidak boleh disentuh sembarang orang.
Selain itu anak dituntut senantiasa menerapkan pola hidup bersih dan sehat menjaga kesehatan reproduksinya, dan menjaga pola makan yang baik.
sumber : Antara
Advertisement