Senin 28 Nov 2016 17:04 WIB

Yenny Wahid: Ketimpangan Sosial Faktor Kelompok Radikal

Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid memberikan pemarapan saat menjadi narasumber dalam seminar kerukunan sosial dan agama di Indonesia yang digelar di Jakarta, Senin (28/11).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid memberikan pemarapan saat menjadi narasumber dalam seminar kerukunan sosial dan agama di Indonesia yang digelar di Jakarta, Senin (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan, ketimpangan sosial dan ekonomi merupakan salah satu faktor terbesar adanya kelompok radikalisme yang melakukan teror. Masalah ketimpangan sosial ekonomi juga menjadi sebuah faktor yang memberi kontribusi terhadap masyarakat yang radikal.

"Perasaan teralienasi (terasingkan) menjadi faktor besar radikalisme. Teralienasi karena adanya ketimpangan sosial ekonomi," kata Yenny Wahid di seminar "Mempromosikan Kerukunan Sosial-Keagamaan di Indonesia" di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/11).

Oleh karena itu, dirinya meminta, masyarakat selektif dan berhati-hati dalam menyaring informasi yang ada. Tak hanya itu, pemerintah juga harus berperan aktif untuk bekerja sama langsung dengan masyarakat.

"Kalau kita ingin menangkap kesadaran masyarakat harus melalui kampanye yang masif. Kementerian terkait dapat terlibat di dalamnya, termasuk masyarakat sipil," kata Yenny. Ia pun memaklumi pemerintah yang mengalami kesulitan dalam menangani terorisme.

Dalam kesempatan itu, Yenny berharap aksi Bela Islam Jilid III yang dilakukan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) pada 2 Desember nanti tidak ditunggangi kepentingan kelompok yang tidak bertanggung jawab. "Jangan sampai demo nanti, jadi ajang pemaksaan kehendak. Kita mengimbau agar masyarakat tetap tenang melaksanakan ekspresinya dan menghindari kekerasan. Karena itu yang ditunggu teroris," ujarnya.

Yenny mengatakan, bahwa kelompok tidak bertanggung jawab tersebut salah satunya adalah teroris. Karena berkumpulnya massa merupakan momentum yang ditunggu oleh teroris tersebut. "Kita harus ingat bahwa teroris menunggu momen untuk menciptakan mode jihad di mana saja. Jadi potensi penunggangan oleh teroris ketika konflik horizontal itu besar. Itu (harus) diwaspadai masyarakat," tuturnya.

Beberapa kelompok teroris lama disiyalir bangkit kembali untuk mendukung aksi tersebut. oleh karena itu, dirinya meminta, semua pihak untuk mewaspadai hal tersebut. "Potensi (kebangkitan) itu ada, dan dari kami jaringan di lapangan memang saat ini sudah ada jaringan lama. Yang tadinya tidur tiba aktif lagi dan melakukan konsolidasi," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement