Sabtu 26 Nov 2016 22:37 WIB

Gelar Maulid Akbar 2 Desember, FPI Sulteng Ikuti Instruksi Pusat

Logo Aksi Bela Islam III diperlihatkan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) saat menggelar konferensi pers di AQL Islamic Center, Jakarta, Jumat (18/11).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Logo Aksi Bela Islam III diperlihatkan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) saat menggelar konferensi pers di AQL Islamic Center, Jakarta, Jumat (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Front Pembela Islam (FPI) Sulawesi Tengah (Sulteng) akan menggelar acara Maulid Besar pada Jumat (2/12) mendatang di depan Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Jl. Sam Ratulangi, Palu.

Imam besar FPI Sulteng Habib Hasan Alhabsyi mengatakan ormasnya akan mengikuti instruksi pusat, terkait peringatan Maulid Akbar dan Jumat Kubro sekaligus Aksi Bela Islam jilid 3. "Kami akan shalat Jumat, berdoa, dan berdzikir bersama di depan Kantor Gubernur Sulteng, untuk kemananan bangsa dan negara," katanya di Palu, Sabtu.

Habib Hasan menjelaskan makna memperingati maulid nabi Muhammad SAW, dalam Alquran dikatakan barang siapa yang memperingati, membesar-besarkan syiar-syiar Allah dapat menambah keimanan dan meluaskan hati, sehingga dengan peringatan sejarah nabi, umat muslim dapat lebih mencintai Rasulullah.

 

Selain itu, dengan memperingati maulid nabi, diharapkan anak-anak sebagai generasi penerus dapat lebih memahami tentang sejarah nabi Muhammad. "Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan harus berada selalu di hati sanubari ummat Islam," ujarnya.

Habib Hasan memaparkan Nabi Muhammad mengatakan bahwa tidak akan beriman seseorang melainkan dia lebih mencintai aku, dirinya, dan keluarganya. Dengan memperingati maulid nabi, iman umat Islam menjadi kuat, menjadi kokoh, dan nabi Muhammad sebagai suri tauladan selalu terpatri dalam jiwa mereka. "Dengan adanya kejadian beberapa waktu terakhir, salah satunya surat Al Maidah, diharapkan masyarakat selalu membaca dan memahami ayat-ayat Alquran," kata habib Hasan.

Terkait fenomema anak-anak saat ini dan masyarakat yang sudah mulai tidak memahami barzanji sebagai bentuk syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad, kata dia, sebaiknya jika setelah dibacakan bersama lalu barzanji itu diterjemahkan.

"Kalau orang katakan dan sampaikan bahwa barzanji ini bid'ah, bayangkan saja seperti anda kalau tidak sering membaca barzanji akan tidak dapat memahami makna syiar-syiar Islam yang ada di dalamnya," jelas Habib Hasan.

Di dalam barzanji itu, kata Habib Hasan, ada doa-doa yang selalu dikumandangkan, daripada anak-anak saat ini menghafal lagu-lagu dangdut, rock atau pop, lebih baiknya mereka sering membaca barzanji yang terkumpul didalamnya doa dan permohonan syafaat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement