Jumat 25 Nov 2016 01:45 WIB

MUI Tegaskan Kembali Komitmen Kebangsaan dan Kenegaraan

Rep: Fira Nursya'bani, Amri Amrullah/ Red: Reiny Dwinanda
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Nasaruddin Umar, Wakil Wantim MUI Didin Hafidhuddin, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, dan Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menghadiri pembukaan Rakernas MUI 2015 di Jakarta, Selasa (10/11) malam
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Nasaruddin Umar, Wakil Wantim MUI Didin Hafidhuddin, Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin, dan Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menghadiri pembukaan Rakernas MUI 2015 di Jakarta, Selasa (10/11) malam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rakernas Majelis Ulama Indonesia menghasilkan sejumlah poin penting terkait peran lembaga tersebut dalam merawat keutuhan bangsa. MUI mencermati perkembangan situasi kehidupan kebangsaan akhir-akhir ini telah mengarah pada instabilitas nasional. Dewan Pimpinan MUI pun menegaskan kembali komitmen kebangsaan serta keindonesiaannya.

MUI menegaskan eksistensi NKRI tak lepas dari perjuangan ulama dan umat Islam Indonesia. "Dengan demikian, komitmen terhadap Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika bagi MUI adalah final dan mengikat," tulis MUI dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co,id, Kamis (24/11).

MUI mengatakan umat Islam sebagai bagian terbesar bangsa Indonesia memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam memelihara keutuhan NKRI dan menjaga kebinekaan dari segala bentuk ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Bagi MUI, kesepakatan bangsa Indonesia membentuk NKRI berdasarkan Pancasila mengikat seluruh elemen bangsa. Kesepakatan tersebut merupakan tanggung jawab keagamaan (mas'uliyyah dim'yah) sekaligus tanggung jawab kebangsaan (mas'uliyyah wathaniyyah) yang bertujuan untuk memelihara keluhuran agama dan mengatur kesejahteraan hidup bersama (hirasat ad-din wa siya'sat ad-dunya).

Hasil Rakernas MUI dirumuskan oleh tim yang terdiri dari Zainut Tauhid Sa'adi, Noor Achmad, Sholahuddin Al-Aiyub, Buya Gusrizal Gazahar, Samlan Ahmad, Prof Rahmat Syafei, KH Ainul Yaqin, dan Arif Fahrudin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement