Rabu 23 Nov 2016 12:34 WIB

Belanda-Indonesia Kerja Sama Membangun Bersama Alam

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendekatan 'Membangun Bersama Alam' atau Building with Nature menjadi pendekatan partisipatif dan berkelanjutan untuk pengelolaan air dan pesisir di Indonesia. Ini menjadi fokus dalam kunjungan misi dagang Belanda ke Indonesia pekan ini.

Sejumlah menteri dari Indonesia dan Belanda akan mengunjungi lokasi demonstrasi proyek-proyek di pantai utara Jawa yang saat ini mengalami permasalahan besar, yaitu erosi. Delegasi kedua negara juga akan mendiskusikan kerja sama lebih lanjut untuk menerapkan pendekatan tersebut di wilayah lain di Indonesia.

Misi dagang Belanda dipimpin Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Mereka sejak awal pekan ini mengunjungi Jakarta, Semarang, dan Demak. Kegiatan ini diikuti oleh Menteri Infrastuktur dan Lingkungan Belanda, Schultz van Haegen serta pimpinan lebih dari 110 perusahaan, dimana 54 diantaranya bergerak di bidang Air dan Maritim.

"Kami senang mengetahui bahwa sektor air Belanda berkeinginan untuk memperluas kerja sama dengan Indonesia dalam hal pelaksanaan konsep 'Membangun Bersama Alam' ini. Kami berharap sektor air Belanda akan mengimplementasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dan keterlibatan pemangku kepentingan di negara-negara lain," kata Koordinator Program dari Wetlands International, Femke Tonneijck kepada Republika, Rabu (23/11).

Wetlands International dan Konsorsium Ecoshape bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Demak menjalankan program ini. Seluruh mitra Belanda, kata Tonneijk adalah anggota Konsorsium Ecoshape. Ini adalah kerja sama multipihak yang melibatkan kontraktor, perusahaan rekayasa, lembaga penelitian, pemerintah dan NGO.

Aplikasi pendekatan 'Membangun Bersama Alam' di Indonesia berpotensi diterapkan, misalnya untuk perlindungan pesisir dari banjir. Di Semarang, konsep ini dikaji penerapannya untuk pengelolaan pesisir dan air di wilayah pedesaan dan perkotaan. Tujuannya mewjudkan kawasan pesisir yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan restorasi alami yang mendukung usaha perikanan.

Pesisir pantai utara Jawa menderita akibat subsidiensi lahan dan erosi parah, bahkan di beberapa lokasi jaraknya sudah tiga kilometer ke daratan. Banyak lahan tergerus dan tanahnya terbawa air laut.

Hal itu dipicu hilangnya pelindung alami, berpa hutan mangrove akibat konversinya untuk budidaya perikanan dan infrastruktur pesisir. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP, Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan konsep 'Membangun Bersama Alam' ini bisa menyeimbangkan kebermanfaatan ekosistem secara berkelanjutan di satu sisi dan pelaksanaan pembangunan di sisi lainnya.

"Di Indonesia konsep ini diaplikasikan untuk mengatasi erosi pesisir, dan mempertahankan populasi ikan juga budidaya perikanan," ujarnya.

Belanda sendiri sudah menerapkan konsep serpa sejak 2008 di berbagai proyek, seperti Sand Engine, Room for the River serta beberapa lainnya di kota-kota seperti Dordrecht dan Rotterdam. Pengelolaan pesisir menghadapi tantangan untuk menyelaraskan kepentingan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement