Selasa 22 Nov 2016 21:58 WIB

Siswa SLB Garut Kembangkan Alat Pendeteksi Banjir Cimanuk

Foto udara kawasan terdampak banjir bandang aliran Sungai Cimanuk di Kampung Cimacan, Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (22/9).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Foto udara kawasan terdampak banjir bandang aliran Sungai Cimanuk di Kampung Cimacan, Tarogong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (22/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Siswa dan orang tua siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri B Garut mengembangkan alat pendeteksi ketinggian air untuk membantu antisipasi potensi banjir akibat luapan Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Alat ini diharap dapat membantu penyelamatan dini ketika banjir kembali melanda Garut.

"Rencananya alat ini akan dipasang di sekolah," kata Komite SLB Negeri B Garut, Popi Wargani di sela-sela kegiatan ekpose penciptaan alat pendeteksi banjir di sekolah tersebut, Selasa (22/11).

Ia menuturkan, pembuatan alat tersebut berawal dari bencana banjir bandang luapan Sungai Cimanuk yang merusak pemukiman warga dan menewaskan banyak orang, 20 September 2016.

Alat yang dibuat bersama itu, kata dia, hanya sebatas peringatan untuk mendeteksi ketinggian air ketika banjir menerjang sekolah SLB Negeri B Garut yang lokasinya tidak jauh dari aliran Sungai Cimanuk. "Ancaman banjir kemungkinan masih terjadi, apalagi lokasi sekolah berada di dekat Sungai Cimanuk," katanya.

Ia menyampaikan SLB Negeri B Garut itu merupakan kawasan rawan bencana banjir luapan Sungai Cimanuk.

Bahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut menilai kawasan sekolah dan sekitarnya seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Garut dan rumah warga merupakan daerah yang mudah masuk air tetapi susah keluarnya.

"Kata BPBD, katanya daerah sini mudah masuk tapi susah keluar (air), jadi air mengelilingi semua kawasan sekolah," katanya.

Ia berharap, alat yang sedang dalam penyempurnaan itu nanti akan berfungsi mengeluarkan bunyi sirine dan cahaya lampu. Peringatan bunyi, kata dia akan memperingatkan siswa tunanetra dan tuna grahita, sedangkan cahaya lampu akan memberi peringatan bagi siswa tuna rungu.

"Nanti kalau air sudah berada di titik tertentu akan bunyi peringatan, cuma sekarang masih menyempurnakan," katanya.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan pendeteksi banjir itu terdiri dari kayu, bel sepeda, stirofoam, kabel, dan baterai tiga volt. Rencananya alat tersebut sedang dipikirkan tetap berfungsi apabila tidak ada aliran listrik. "Jadi kami sedang memikirkan untuk memakai kentongan, yang pasti alat yang ada sekarang akan segera diterapkan di sekolah," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement