Senin 14 Nov 2016 10:43 WIB

Bayi Korban Bom Gereja Samarinda Meninggal Dunia

Rep: antara/ Red: Muhammad Subarkah
Salah seorang balita korban Gereja Oikumene bernama Intan Marbon (2,5 tahun) yang menderita luka paling parah dibawa ambulans untuk dirujuk Rumah Sakit AW Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).
Foto: Antara/Amirulloh
Salah seorang balita korban Gereja Oikumene bernama Intan Marbon (2,5 tahun) yang menderita luka paling parah dibawa ambulans untuk dirujuk Rumah Sakit AW Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID, -- SAMARINDA - Salah seorang balita korban ledakan bom di Gejera Oikumene , Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, meninggal dunia pada Senin sekitar pukul 04.00 Wita akibat menderita luka bakar cukup parah.

Korban yang merupakan balita bernama Intan Olivia Marbun (2,5), meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) AW Sjahranie Samarinda, Senin subuh, sekitar pukul 04.00 Wita.

"Korban meninggal dunia akibat menderita luka bakar cukup parah, yakni mencapai 78 persen," ujar Direktur RSUD AW Sjahranie Samarinda, Rahim Dinata Majidi, Senin.

Selain menderita luka bakar cukup parah, balita yang menjadi korban bom di Gereja Oikumene itu, kata Rahim Dinata, juga mengalami pembengkakan paru-paru akibat menghirup asap saat terjadi ledakan.

"Luka bakar di atas 45 persen bagi orang dewasa saja sudah tergolong parah, apalagi sampai 78 persen, dan ini dialami oleh balita. Korban juga mengalami pembengkakan paru-paru akibat menghirup asap saat terjadi ledakan," ucap Rahim Dinata.

Tim dokter, lanjut Rahim Dinata, telah berupaya memberi pertolongan kepada dua korban ledakan bom yang dirujuk ke RSUD AW Sjahranie pada Minggu sore (13/11) itu, namun karena luka bakar yang diderita cukup parah sehingga jiwa Intan Olivia Marbun tidak dapat tertolong.

"Kami sudah berupaya keras dengan melibatkan tim bedah plastik, bedah umum, anestesi, ahli anak, dan juga dari keperawatan intensif untuk menolong anak itu, tetapi karena akibat luka bakar yang cukup parah, jiwanya tidak bisa tertolong," jelas Rahim Dinata.

Sementara, tambah Rahim Dinata, satu korban lainnya yakni Triniti Hutahaya (3) yang mengalami luka bakar mencapai 50 persen, saat ini masih dalam perawatan intensif tim dokter.

"Luka bakar yang dialami Triniti mencapai 50 persen dan juga mengalami pembengkakan paru-paru akibat menghirup asap saat ledakan. Masa kritis biasanya berlangsung 10 sampai 12 hari, dan kami terus berupaya agar korban bisa melewati masa kritisnya," katanya.

"Dua korban lainnya yang saat ini masih dirawat di RSUD IA Moes, luka bakarnya sekitar 16 persen, juga akan dibawa ke sini (RSUD AW Sjahranei) untuk memberikan penanganan maksimal," ujar Rahim Dinata.

Ledakan bom terjadi di Gereja Oikumene di Jalan Cipto Mangunkusumo RT 03, Nomor 37, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, pada Minggu pagi sekitar pukul 10.15 Wita, menyebabkan lima orang terluka, empat di antaranya menderita luka bakar serius dan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah IA Moeis Samarinda Seberang.

Empat korban terluka yang dirawat di RSUD IA Moes yang merupakan balita tersebut yakni Intan Olivia Marbon (2,5), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4), Triniti Hutahaya (3) serta Anita Kristabel Sihotang (2).

Sementara, terduga pelaku dengan ciri-ciri berambut panjang, berhasil ditangkap warga saat hendak melarikan diri dengan cara berenang di Sungai Mahakam.

Dua balita yang menderita luka bakar cukup parah yakni Intan Olivia Marbun dan Triniti Hutahaya pada Minggu sore (13/11) sekitar pukul 16.15 Wita dirujuk ke RSUD AW Syahranie. Pada Senin pagi, Intan Olivia Marbun meninggal dunia akibat mengalami luka bakar hingga 78 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement