Kamis 03 Nov 2016 07:47 WIB

Ketua DPR: Pernyataan SBY Patut Dipertimbangkan

Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melepas kacamatanya seusai memberikan pemaparan saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melepas kacamatanya seusai memberikan pemaparan saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR RI Ade Komarudin menilai, pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono terkait demonstrasi 4 November mendatang. Dalam konferensi persnya di Cikeas, Bogor, SBY meminta intelijen jangan bekerja sembarangan dan harus memberikan data yang akurat.

Bahkan, SBY sempat merasa dituding sebagai dalang dari rencana aksi besar-besaran umat Islam untuk menuntu kepolisian mengusut dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Menurut Akom, sapaan akrab Ade, SBY pernah menjadi presiden selama dua periode, Menkopolhukam, Ka staf teritorial, Ketua Fraksi ABRI di MPR.

Artinya, SBY punya pengalaman dan pengabdian yang teruji dalam bidang intelijen. ''Beliau berlatar belakang tentara, beliau sangat paham intelijen. Itu masukan yang patut dipertimbangakan,'' kata Akom, kepada wartawan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (2/11).

Akom juga mengakui banyak saling tuding mengenai siapa dalang di balik rencana aksi demo tersebut. Namun, berbagai tudingan itu cukup dianggap menjadi bunga dalam peristiwa besar ini.

Mengenai pertemuan SBY dengan Menkopolhukam Wiranto dan Wapres Jusuf Kalla, Akom enggan berspekulasi. Ia hanya mengatakan itu merupakan cara SBY mengingatkan pemerintah.

''Semua pihak harus saling mengingatkan. Teman yang baik adalah teman yang bisa mengingatkan dalam situasi apapun. Mungkin bisa manis, bisa juga pahit,'' ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement