REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehebohan pelaksanaan Pilgub DKI Jakarta 2017, tak hanya terjadi dalam pemberitaan media massa dan media sosial. Pesta demokrasi di Ibu Kota juga dipotret dalam puisi berjudul 'Tuhan dan Pilkada DKI'. Puisi-puisi itu dibacakan di pelataran parkir Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat pada Ahad (30/10) malam WIB. Isu pilkada menjadi satu puisi di antara total 37 puisi lainnya dalam buku Cintai Manusia Saja karya Denny JA.
Sekitar 20 pekerja seni, penyair, deklamator, hingga sutradara bergantian membaca puisi Denny JA. Isu yang diangkat dalam puisi tersebut sangat beragam. Namun, benang merah buku puisi itu soal harapan agama yang ramah dan Indonesia Tanpa Diskriminasi.
Koordinator acara dari Taman Sastra Cikini, Ical mengatakan, kegiatan itu rutin digelar sebulan sekali di TIM dengan tujuan agar puisi berjumpa dengan publiknya. Para pecinta puisi dari Jakarta dan sekitarnya yang berkumpul di TIM, kata dia, bebas membacakan puisi kesayangannya.
Bahkan untuk kali ini ada pula pecinta puisi yang datang khusus dari Balikpapan. "Sengaja kami pilih pelataran parkir agar kesannya merakyat. Bahkan konsep acara kami outdoor. Jika hujan, pasti terganggu. Namun selama ini lancar saja," kata Ical dalam siaran pers, Senin (31/10).
Panitia sengaja menetapkan topik tertentu setiap bulannya. Pada Oktober ini, puisi karya Denny JA yang dibacakan lantaran menyesuaikan dengan semangat Sumpah Pemuda dan Satu Indonesia. Menurut Ical, puisi yang dominan dibacakan memang karya Denny JA. Namun dibacakan pula karya penyair lain, seperti Toety Heraty, Soebagyo Sastrowardoyo, dan Hartojo Andang Djaya.
Di antara pembaca puisi, terdapat nama yang sudah lama malang melintang dunia seni, seperti Iwan Burnani dari Bengkel Teater Rendra, Ismail SS, penyair Fatin Hamamah, dan juga pendatang baru Monica Anggi JR dan Mae Shafira.
Sebelumnya, Denny JA membuat buku puisi "Cintai Manusia Saja" yang merupakan karya buku ke-25. Dia mengaku tak menyangka, dalam tempo empat tahun bisa menghasilkan banyak buku.
Denny juga membuat karya budaya lain, di antaranya film layar lebar, layar pendek, teater, lukisan, hingga lagu. Film layar lebarnya, Mencari Hilal memenangkan tujuh nominasi FFI 2015. "Saya bereksperimen menggabungkan karya budaya dan aktivisme sosial. Karya budaya saya, juga banyak hasil riset saya sesungguhnya berada dalam payung yang sama: Indonesia Tanpa Diskriminasi," ucapnya.