REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Gorontalo Fathuri mengatakan, pihaknya mencatat sejumlah wilayah seperti Limboto, Limboto Barat, Tolangohula, Tibawa, Sumalata, Anggrek, dan Kwandang mengalami hujan ekstrim. Curah hujan di sana sangat tinggi, di atas 100 milimeter.
"Hujan ekstrem tersebut memang berakibat melebihi daya tampung tanah untuk menyerap air, sehingga menimbulkan limpasan permukaan (run off) yang menyebabkan genangan di permukaan atau banjir," jelasnya di Gorontalo, Kamis (27/10).
Menurutnya, hujan lebat yang terjadi sejak Selasa (25/10), diakibatkan oleh kondisi atmosfer yang labil pada hampir seluruh wilayah Sulawesi. Di mana kandungan uap air cukup tinggi. "Hujan di hulu sungai pun menyebabkan kenaikan permukaan air sungai, yang bisa melimpah ke daerah hilir walaupun di sana sudah reda hujannya," kata Fathuri.
Curah hujan tinggi, lanjutnya, jika jatuh di daerah yang mempunyai kemiringan tanah (slope) tinggi atau daerah perbukitan bisa menimbulkan efek pergerakan tanah, yakni longsor. Banjir bandang terjadi di Provinsi Gorontalo meliputi lima kabupaten/kota, yakni Kabupaten Gorontalo, Kota Gorontalo, Gorontalo Utara, Boalemo, dan Bone Bolango.
Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo menjadi daerah yang paling parah terendam banjir bandang yang melanda sejumlah daerah di wilayah tersebut sejak Selasa (25/10). Ketinggian air mencapai dua meter di beberapa lokasi.
Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo mengatakan, kondisi terakhir dari sepuluh kecamatan yang dilanda banjir menunjukkan Kecamatan Bilato menjadi lokasi yang paling parah dan masih tergenang banjir.