REPUBLIKA.CO.ID, BULUNGAN -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Sandjojo menyambut kedatangan 175 KK (Kepala keluarga) transmigran di Desa Sepunggur Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara, Selasa (25/10). Dalam kesempatan tersebut, ia membongkar kepiawaian transmigran dalam mengolah hutan menjadi desa produktif dan maju.
"Program transmigrasi sudah lama dilakukan, dan telah membuktikan berhasil menjadi motor penggerak perekonomian di luar Jawa. Sudah ada 1.100 lebih desa mandiri yang asalnya dari daerah transmigrasi. Ada 114 ibu kota kabupaten juga asalnya dari kawasan transmigrasi. Bahkan ada dua ibu kota provinsi termasuk Kaltara (Kalimantan Utara) yang dulunya hutan sekarang maju karena adanya transmigrasi," ungkapnya.
Mendes Eko meyakini, sebanyak 175 KK transmigran yang telah ditempatkan di Kaltara tersebut akan mampu menyulap kawasan tersebut menjadi desa maju. Terlebih, kawasan tersebut berada di tanah yang subur dan tidak kekurangan air.
"Transmigrasi kalau dulu bisa menciptakan lebih dari seribu desa mandiri, saya harapkan transmigran di Kaltara juga punya keyakinan bahwa daerah ini bisa menjadi kota maju dan mandiri. Karena saat ini, ada sebanyak 17 kementerian yang juga akan mengeroyok transmigrasi," ujarnya.
Pernyataan serupa disampaikan Gubernur Kaltara, Irianto Lambrie. Ia mengatakan, transmigrasi di Kaltara sudah ada sejak 1950-an. Ia mengakui, keuletan dan ketekunan transmigran telah teruji keberhasilannya. Manfaatnya pun tidak hanya berefek pada pengembangan wilayah namun juga aktivitas ekonomi masyarkat setempat.
"Penduduk Kalimantan Utara jumlahnya 700 ribu, sangat sulit mengakselerasikan pembangunan dengan wilayahnya yang sangat luas. Transmigrasi di Kaltara mampu meningkatkan pemerataan daerah. Isu transmigrasi memang rentan isu politisasi, maka harus ada sosialisasi untuk masyarakat yang belum memahami transmigrasi," ujarnya.
Adapun jumlah transmigran yang ditempatkan di Satuan pemukiman Desa Sepunggur adalah sebanyak 175 KK (Kepala Keluarga). Di antaranya 100 KK transmigran asal Jawa Tengah, 50 KK dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan 25 KK merupakan transmigran dari daerah setempat.
Mayoritas transmigran berpendidikan SD dan SMP, dengan pekerjaan awal sebagai petani. Meski demikian, beberapa di antaranya juga ada yang mengenyam pendidikan tinggi seperti D3 dan S1, bahkan satu di antaranya ada yang bekerja sebagai TNI.