REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi PDI Perjuangan Maruarat Sirait mengatakan Presiden Jokowi dinilai sebagai sosok negarawan yang mengedepankan prinsip meritokrasi di atas dendam politik. Itu sebabnya orang-orang yang dinilai bagus di era Pemerintahan SBY, justru dipakai oleh Presiden Joko Widodo.
''Bila muncul pendapat dalam diskusi mengenai hasil survei SMRC bahwa keberhasilan Pemerintahan Jokowi saat ini sebenarnya karena mengikuti program yang dimulai di era SBY itu benar adanya. Dan ini membuktikan sifat kenegarawanan Jokowi sebagai Presiden,'' kata Maruarar melalui release yang dikirimkan kepada Republika.co.id, Senin (24/10).
Dia mengambil contoh pemilihan calon Panglima TNI yang berlangsung mulus. Padahal, Jokowi membawa terobosan baru. Saat era SBY, calon Panglima TNI adalah urut kacang, bergantian dari perwira TNI AD, TNI AU, TNI AL. Terakhir sebelum turun dari jabatan, Panglima TNI adalah Moeldoko dari TNI AD.
"Kalau ikut polanya Pak SBY, maka ganti-ganti angkatan. Jokowi tak ikut. Dia secara sadar memilih Gatot Nurmantyo yang seorang KSAD," katanya lagi.
Yang menarik, kata pria yang akrab disapa Ara, Gatot sebenarnya perwira TNI yang naik di era SBY, dan sampai duduk di KSAD. Begitupun dengan Tito Karnavian yang diangkat Jokowi sebagai Kapolri. Tito adalah angkatan muda di Polri, dan sempat naik pangkat beerapa kali di era SBY. Oleh Jokowi, malah dibuat terobosan dimana Tito diangkat jadi Kapolri dengan melewati beberapa angkatan.
"Kenapa? Karena Pak Jokowi melihat baik Pak Gatot dan Pak Tito sama-sama mumpuni. Walau naik di era sebelumnya, tapi tetap dipakai Pak Jokowi. Karena apa? Karena Pak Jokowi menjunjung tinggi meritokrasi. Itulah kenegarawanan Pak Jokowi," ulasnya.
Keputusan Jokowi itupun terbukti mumpuni. Sebab semua hasil survei pada hari inni menunjukkan tiga lembaga yang tetap bisa dipercayai rakyat hingga saat ini adalah Presiden Jokowi sendiri, KPK RI, dan TNI.
"Itu membuktikan bahwa pilihan sikap negarawan presiden itu memang benar," ujar Ara.