REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabar terbentuknya organisasi lesbian gay biseksual dan transgender di Universitas Gajah Mada segera diklarifikasi pihak kampus. Setidaknya ada tiga poin klarifikasi yang disampaikan melalui bagian Humas UGM, Sabtu (22/10) malam.
Pertama, UGM tidak mengenal adanya organisasi yang mengatasnamakan kaum Gay atau LGBT dalam struktur organisasi kemahasiswaan. Kedua, UGM memiliki mekanisme, strategi, dan prosedur terkait kegiatan Kemahasiswaan.
"Adapun kegiatan mahasiswa diarahkan untuk tujuan meningkatkan kompetensi calon lulusan melalui berbagai kegiatan yang terstruktur, terencana, dan terintegrasi dalam kurikulum," papar Kepala Bagian Humas dan Protokoler UGM, Iva Ariani.
Ketiga, UGM senantiasa menjunjung tinggi kegiatan akademik yang bertanggungjawab, terukur, dan dilakukan secara bermartabat.
Sebelumnya Iva menyampaikan, agenda diskusi mengenai isu LGBT yang digadang-gadang akan diselenggarakan di kampus UGM gagal digelar. "Acara tersebut (Diskusi Rutin Himpunan Mahasiswa Gay) tidak jadi dilaksanakan," tutur Iva pada Republika.co.id.
Ia menjelaskan, acara tersebut sama sekali tidak mendapat izin dari pihak kampus. Menurut Iva, karena reaksi keras dari publik, akhirnya penyelenggaraan agenda tersebut dibatalkan.