Jumat 21 Oct 2016 22:08 WIB

BNPT Bantah Kecolongan pada Penyerangan Polisi

Red: Ilham
Petugas kepolisian bersenjata lengkap berjaga di rumah pelaku teror polisi saat dilakukan penggeledahan, di Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (20/10).
Foto: Antara/Lucky R.
Petugas kepolisian bersenjata lengkap berjaga di rumah pelaku teror polisi saat dilakukan penggeledahan, di Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Direktur Perlindungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Herwan membantah pihaknya kecolongan dengan adanya penyerangan terhadap tiga polisi di Tangerang, Banten (20/10). Dia beralasan pelaku bisa beraksi kapan saja tanpa diduga.

"Kita nggak kecolongan, karena ideologi itu nggak terlihat dan mereka bisa aktualisasi kapan saja, kita perlu waspada saja," katanya dalam seminar di FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya, Jumat (21/10).

Dalam seminar tentang program penanganan terorisme yang juga dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj itu, ia mengemukakan hal tersebut menanggapi penyerangan polisi oleh SA (22) yang diduga memiliki hubungan dengan ISIS.

"Pelaku teror umumnya memang anak-anak muda, karena mereka umumnya juga dipersimpangan jalan dan sedang mencari jatidiri," katanya.

Apalagi, pelaku adalah pemain tunggal yang belajar sendiri dan melakukan persiapan sendiri. Hanya saja, ada historis kebencian dan sempat mengenyam pesantren tertentu yang berpaham keras. "Pihak-pihak yang menangkap mereka dianggap batu sandungan, karena itu mereka menyerang polisi atau densus. Kalau polisi di dalam kota mungkin masih bisa dikawal, tapi kalau polisi di lapangan yang ada di pinggiran kota, tentu rawan," katanya.

Selain itu, BNPT kini juga mulai memikirkan program penanganan teroris yang melibatkan 17 lembaga atau kementerian secara sinergis. Sebab, terorisme saat ini kompleks, sehingga tidak bisa sektoral, termasuk perlu melibatkan universitas.

"Saya kira, lembaga pendidikan perlu mengajarkan asal usul paham radikalis dan teror, agar dapat diwaspadai. Kita juga bekerja sama dengan Kominfo membuat laman tentang paham-paham radikal sebagai informasi dan bahan dialog," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement