REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan mahasiswa berkumpul di kawasan Monumen Nasional, tak jauh dari Istana Negara. Hingga pukul 17.00 sore, mereka tetap melakukan unjuk rasa dalam rangka dua tahun pemerintahan Jokowi-JK tersebut.
Dalam aksi itu, sempat terjadi aksi dorong antara mahasiswa dan polisi. Aksi tersebut juga diwarnai dengan aksi bakar ban. Bahkan, salah satu massa aksi perempuan dari BEM Se-Indonesia jatuh pingsan, sehingga harus digotong ke luar lingkaran revolusi.
Dalam aksi mahasiswa yang tergabung dalam koalisi organisasi mahasiswa tersebut, Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Aminuddin Makruf berkesempatan membacakan manifesto mahasiswa Indonesia sebagai evaluasi dua tahun pemerintahan Jokowi-JK. "Kita buktikan kepada Presiden Jokowi bahwa mahasiswa masih ada di Indonesia untuk mengawal dan mengevaluasi pemerintahannya," ujar Aminuddin mengawali orasinua, Kamis (20/10) sore.
Ada sembilan poin manifesto yang dibacakan Aminuddin. Pertama, kata dia, mahasiswa mendorong agar Jokowi melakukan pembangunan nasional yang merata dengan memperhatikan daerah terpencil dan terdepan, serta mengutamakan pendayagunaan sumber daya dalam negeri.
Kedua, mahasiswa mendesak pembangunan industri pangan strategis demi terwujudnya kedaulatan pangan di Indonesia. "Mendorong penguatan industri dalam negeri yang berorientasi nilai tambah di segala sektor. Reformasi BUMN agar menjadi pendorong utama pembangunan ekonomi nasional," kata dia.
Ketiga, mahasiswa mendesak agar Jokowi mewujudkan kemandirian energi dan dan mengembangkannya, serta menghentikan eksport bahan material mentah dari bumi Indonesia. Tidak hanya itu, Jokowi didesak untuk menghentikan proyek reklamasi yang mengganggu keseimbangan ekologi dan sosial.
Keempat, mahasiswa mendesak Jokowi untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri, mendorong konsep pertahanan dan keamanan berbasis kemanusiaan. Juga menolak wacana kembalinya dwi fungsi TNI, serta menciptakan aparat keamanan yang profesional.
Kelima, menciptakan pendidikan berkualitas dan aplikatif yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa, mencetak sumber daya yang berkarakter dab berdaya saing global. "Enam, membangun solidaritas nasional guna menghadapi ancaman budaya yang merusak nilai-nilai pancasila," kata Aminiddin.
Ketujuh, mahasiswa mendorong kebijakan pemerintah yang pro rakyat untuk menekan kesenjangan ekonomi agar tercipta keadilan sosial. Kedelapan, mahasiswa menolak praktek penegakan hukum yang tebang pilih dan menggunakan hukum sebagai alat kekuasaan, serta menuntut segera diselesaikannya kasus-kasus besar yang jalan ditempat. "Terakhir, kami menolak segala bentuk intervensi asing terhadap kedaulatan Indonesia," kata Aminuddin.
Aksi hari ini diikuti oleh gabungan BEM Se-Indonesia dan organisasi PMII, HMI, PMKRI, KAMMI, IMM, HIKMAHBUDHI, KMHDI, PII, HIMMAH, dan LMND.