Rabu 19 Oct 2016 15:15 WIB

Dilanda Banjir, Kemang Dianggap Tetap Layak Huni

Suasana Kemang di waktu malam.
Foto: Dok. Republika
Suasana Kemang di waktu malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun sudah biasa didatangi banjir saat diguyur hujan deras, banjir besar di kawasan Kemang yang terjadi pada akhir Agustus 2016 lalu mengejutkan banyak pihak. Pada beberapa titik, seperti di jalan Kemang Raya, tinggi air mencapai hampir satu meter sehingga tak bisa dilewati kendaraan bermotor. Banjir bahkan menenggelamkan beberapa mobil di parkir basement sejumlah pertokoan di sana.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, pernah menyebutkan, banjir besar di Kemang tersebut akibat curah hujan sangat tinggi yang meluapkan Kali Krukut. Ditambah di sepanjang badan Kali Krukut sekarang juga terlalu banyak bangunan yang berdiri. Akibatnya, lebar Kali Krukut pun menyusut, dari awalnya 20-25 meter kini menjadi 5 meter.

"Karena itu, normalisasi Kali Krukut sudah menjadi keharusan bagi Pemprov DKI untuk mengantisipasi banjir-banjir berikutnya di kawasan elite ini," kata Basuki di Balai Kota, akhir September lalu.

Langkah Pemprov DKI berikutnya adalah melakukan pendataan sertifikat kepemilikan bangunan komersial di bantaran kali dan resapan air untuk kemudian ditertibkan. Pemprov DKI juga tak akan mengeluarkan izin untuk bangunan di kawasan yang seharusnya menjadi daerah tampungan air. Selain itu perbaikan drainase juga akan terus dilakukan sehingga air bisa lebih banyak teralirkan dan genangan tak muncul lagi.

 

Dengan langkah-langkah yang akan dilakukan Pemprov DKI tersebut, sebenarnya masyarakat tak perlu lagi cemas akan risiko banjir di kawasan Kemang di masa mendatang. Apalagi, banjir hanya terjadi di beberapa titik saja. Masih banyak kawasan Kemang yang tidak terkena banjir, sehingga masih layak huni.

Kemang masih pantas menjadi kawasan pilihan untuk tempat tinggal karena lokasinya yang strategis, tak jauh dari pusat kota dan mudah diakses. Penghuni yang tinggal di kawasan ini bisa mendapatkan semua kebutuhan hidup seperti kuliner, keperluan rumah tangga, pendidikan, hiburan, bisnis, perkantoran, dan layanan publik, di sini. Bahkan hingga sekarang masih bermunculan tempat-tempat hang out dan hunian baru seperti apartemen di Kemang.

Pengamat properti yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghada, mengatakan, sekitar 60 persen dana repatriasi dari program amnesti pajak diprediksi akan diinvestasikan ke sektor properti. "Masuknya dana repatriasi akan memberikan dorongan psikologis yang kuat kepada para investor untuk melakukan investasi di sektor properti," kata Ali.

"Mengapa properti menjadi prioritas? Sektor properti sebagai investasi jangka panjang akan menjadi sebuah pilihan utama dengan peningkatan nilai properti yang semakin bertumbuh," kata Ali menambahkan.

Banjir di sebagian wilayah Kemang, tentunya tidak menyurutkan minat investor untuk memilih wilayah ini sebagai lahan garapannya. Seperti daerah lain di Jakarta yang juga terdampak banjir, Kelapa Gading, Kemang tetap memiliki potensi besar, baik untuk investor maupun untuk konsumen yang mencari tempat tinggal. 

Namun di atas itu semua, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga agar Kemang tetap menjadi kawasan bersahabat bagi semua orang yang datang maupun tinggal di daerah yang dahulu bernama Kampung Kebon ini. Kesadaran untuk menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan; kesadaran untuk menaati segala aturan yang ada, termasuk tidak mendirikan bangunan di daerah terlarang dan tidak membuang sampah sembarangan.

 

 

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement