Sabtu 15 Oct 2016 12:31 WIB

Budayawan: Belum Ada Cagub Jakarta Serius Bicarakan Nasib Rakyat

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Sejarawan JJ Rizal
Foto: Facebook/JJ Rizal
Sejarawan JJ Rizal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Betawi JJ Rizal melihat pertarungan Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan perang 'bintang'. Ketiga bakal calon gubernur yang ada, memiliki pendukung yang seolah 'mendewakan' jagoannya masing-masing.

Basuki Tjaha Purnama (Ahok) misalnya. Sebagai calon pejawat, Ahok merupakan tokoh kontroversial dan mempunyai pendukung yang 'mendewakan' dia dengan posisi tinggi. Tak kalah dengan Anies Baswedan yang merupakan tokoh nasional, populer di kalangan pemuda, dan mempunyai respek tinggi terhadap pendidikan.

Begitu pun Agus Harimurti Yudhoyono yang merupakan 'warisan' dari pemimpin Republik Indonesia (RI) sebelumnya. Keputusan memilih Agus sebagai bakal cagub bahkan tidak mudah, seolah penuh pertimbangan masak.

Rizal mengibatakan pertarungan ketiganya di pilgub berada di tempat yang tinggi. Saking tingginya, apa yang mereka bicarakan tak bersentuhan langsung dengan rakyat. "Kadang yang dibicarakan bukan tentang rakyat, tapi agama yang menjadi urusannya Tuhan. Ini aneh. Pilkada harusnya membicarakan rakyat, kaum proletar," ujarnya.

Dalam sepekan belakangan, pembicaraan ketiga kandidat tersebut terbatas pada dugaan penistaan agama, namun tidak membicarakan penistaan kemanusiaan, penistaan kesejahteraan, dan penistaan lingkungan. Baik Ahok, Agus, dan Anies tidak ada yang serius membahas soal apa efek ekologis ataupun bahaya reklamasi apabila jadi dilakukan.

"Apa ada yang membicarakan nasib wong cilik (orang kecil)," kata dia.

Rizal pun mengajak para kandidat mulai membahas hal-hal yang berkaitan dengan nasib warga. Misalnya terkait proyek reklamasi, penggusuran, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), hingga dampak proyek 16 ruas tol.

Meski diibaratkan sebagai perang bintang, namun Rizal berharap para kandidat mulai sekarang membiasakan hal-hal yang hanya dipahami kalangan tinggi saja. Masyarat diharapkan memilih kandidat yang mengutamakan masalah kemanusiaan, rakyat, keadilan, kesejahteraan, kesehatan, dan lingkungan.

"Kalau salah pilih bintang, langit Jakarta akan gelap," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement