Sabtu 15 Oct 2016 10:58 WIB

Tiga Paslon Berebut Pangsa Pasar Sama di Pilgub DKI

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Andi Nur Aminah
Tiga pasangan calon Gubernur DKI dalam bentuk topeng-topemng yang dipakai oleh warga
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Tiga pasangan calon Gubernur DKI dalam bentuk topeng-topemng yang dipakai oleh warga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada hal menarik yang mewarnai penyelenggaraan pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta 2017. Masing-masing pasangan calon dinilai memiliki 'pangsa pasar' pemilih yang sama.

"Pangsa pararnya kaum intelek, anak muda, memahami politik," ujar Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Eddy Soeparno di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sebagai bagian dari tim pemenangan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Sylvi), Eddy mengaku sudah menyiapkan strategi untuk menggaet 'pangsa pasar' tersebut. "Ada strategi yang akan kami kedepankan. Seluruh warga Jakarta akan kami sapa, targetnya enam ribu titik di DKI untuk sosialisasi," ujar Eddy.

Ini memang tugas berat, namun akan tetap mereka dilakukan. Dia meyakini figur Agus-Sylvi akan mudah dekat dengan rakyat. "Secara profil, Mas Agus muda, cerdas, luwes, dan gampang diterima di mana-mana. Sementara Mpok Sylvi mengetahui tentang adat istiadat (Betawi) sehingga dari aspek komunikasi kena, jadi kami strateginya akan turun ke bawah," jelas Eddy.

Selain banjir dan kemacetan, menurut dia ada masalah lain yang perlu diperhatikan tidak hanya di DKI Jakarta tapi juga di seluruh wilayah Indonesia yakni soal kesenjangan. Kesenjangan tersebut tidak hanya sebatas antara si kaya dengan si miskin, tapi juga antara barat dan timur.

Secara keseluruhan, gini ratio (indikator tingginya kesenjangan) di Indonesia 0,4. Ditargetkan pada 2018 berkurang menjadi 0,39. Di kawasan Timur Tengah saja, gini ratio 0,35 sudah menimbulkan perang saudara.

Di Indonesia, gini ratio tertinggi terdapat di DKI Jakarta sebesar 0,46. Kesenjangan merupakan indikator keberpihakan pemimpin ke rakyat. Semakin sempit gini ratio, dia mengatakan maka berarti buah kerja pemimpin ke rakyat semakin terasa. Ini merupakan PR besar yang perlu dibenahi di DKI Jakarta. "Saya yakin Agus-Sylvi memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi komandan di DKI Jakarta," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement