REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi memberangkatkan 13 tim peneliti ke delapan negara mitra yakni Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Swedia, Australia, Jepang, Cina, dan India. Setiap tim yang terdiri dari dua sampai empat peneliti itu akan disebar ke negara tersebut untuk menjalani program magang riset selama tiga bulan ke depan.
"Kami mengharapkan dengan program ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti melalui kemitraan," ujar Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Muhammad Dimyati dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Jumat (14/10).
Menurutnya, tim ini akan didampingi oleh tim yang ditugaskan untuk belajar tentang kebijakan dalam penguatan penelitian. Sehingga, pengetahuannya nanti dapat diterapkan untuk menyusun kebijakan-kebijakan yang dapat memperbaiki penelitian di tanah air.
“Kemenristekdikti juga berharap agar para peserta dapat mengupayakan alih teknologi dari luar negeri dalam kegiatan ini,” kata Dimyati.
Dengan demikian menurutnya, ke depan kemampuan publikasi dan dorongan untuk mempatenkan invensi dan inovasi dapat meningkat pula. Hal sama diungkapkan, Dirjen Sumber Daya Iptek, Ali Ghufron Mukti yang juga hadir pada peluncuran tersebut. Ia berharap setiap peserta dapat mempublikasikan hasil program yang diikuti sekaligus perlu bisa menghasilkan paten.
Pasalnya, ia mengutip pernyataan peneliti asing yang menganggap begitu melimpahnya bahan penelitian di Indonesia. Namun sayang, belum banyak peneliti Indonesia yang menuliskannya dalam jurnal ilmiah.
“Misalnya kita memiliki 28 ribu tumbuhan yang berpotensi untuk menjadi obat,” ujarnya.
Adapun tim ini merupakan Program Magang Riset (Immerson Programme) pada 14 Oktober 2016 di Jakarta. Program ini merupakan implementasi Komponen 2 Research and Innovation in Science and Technology Project (RISET-Pro) yang pembiayaannya bersumber dari Loan World Bank.