REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Irama pembangunan yang mengatur perikehidupan dan masyarakat secara luas saat ini tidak selaras lagi dengan kebudayaan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendi mengatakan perubahan teknologi, ekonomi, juga sosial tak lagi beriringan dengan perubahan kebudayaan.
"Kita perlu mendorong pengarusutamaan kebudayaan dalam pembangunan dengan menempatkan pertimbangan kebudayaan menjadi hulu dari keseluruhan proses pembangunan," kata Muhajir dalam Forum Kebudayaan Dunia (WCF) 2016 di Nusa Dua, Kamis (13/10).
Pembangunan yang berkelanjutan, kata Muhadjir menyaratkan penggunaan pendekatan kebudayaan dalam merancang agenda pembangunan dan mengevaluasi capaian pembangunan. Kebudayaan merupakan unsur sentral yang terkandung dalam konsep pembangunan berkelanjutan.
Agenda Sustainable Development Goals Perserikatan Bangsa-Bangsa menempatkan kebudayaan sebagai pemberdaya yang krusial dalam pembangunan berkelanjutan. Konvensi Unesco 2005 telah menunjukkan pentingnya mempromosikan dan melindungi keanekaragaman budaya dalam konteks terselenggaranya tata hidup bersama yang lebih baik.
Dunia internasional juga tengah berhadapan dengan berbaga konflik, intranegara dan antarnegara, ancaman terorisme dan ekstrimisme, beban arus pengungsi, dan bencana alam. Tantangan tersebut serius dan menyita perhatian dunia.
Dunia, kata Muhadjir juga berhadapan dengan tantangan fundamental lain, yaitu menguatnya semangat rasisme dan berbagai prasangka negatif terhadap orang, kelompok, kepercayaan, bahkan kebudayaan berbeda. Bali merupakan tempat yang dapat memberikan berbagai contoh selarasnya irama pembangunan dan irama kebudayaan.
Muhadjir mencontohkan subak, sebuah sistem pertanian yang menyelaraskan gerak air dan manusia dengan acuan agama. Agama di Bali memengaruhi irama kehidupan tradisional.
Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata mengatakan dirinya tak khawatir budaya Bali akan lenyap mengingat budaya itu sendiri menyatu dengan agama. Meski demikian, Bharata khawatir kualitasnya akan menurun.
"Menurunnya kualitas budaya ini salah satunya karena faktor teknologi dan modernisasi yang kian kental di Bali," katanya kepada Republika. Pemerintah Kabupaten Gianyar membentengi pelestarian budaya melalui pendidikan, salah satunya budi pekerti.
Pemerintah daerah juga membentuk Rumah Nusantara yang bertujuan mengakrabkan anak-anak sekolah di Gianyar dengan berbagai suku, agama, ras, dan kepercayaan yang ada di wilayahnya. Salah satu contoh kegiatan di Rumah Nusantara ini, kata Bharata dengan mengajak anak-anak sekolah berkunjung ke Masjid, gereja, juga pura, serta melihat kegiatan di masing-masing rumah ibadah. Ini juga dinilainya sebagai bentuk hakikat dari Bhineka Tunggal Ika.