REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon wakil gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno membeberkan dana yang digunakan untuk sosialisasi selama hampir satu tahun terakhir. Ia juga menantang pasangan calon lain membuka sumber dana yang digunakan dalam proses kontestasi pilkada DKI.
"Bukan hanya Mas Anies dan Mas Agus, tapi Pak Ahok juga, kami mengundang untuk membuka semua. Dana yang didapat dari mana, tanpa dilebihi dan dikurangi," kata dia di posko pemenangan Sandiaga Uno di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Kamis (13/10).
Sandi mengatakan, ada beberapa kegiatan besar yang dilakukan calon pejawat (incumbent). Ia yakin dana yang dikeluarkan lebih besar darinya. Ia meminta semuanya dibuka ke publik. Langkah ini sebagai bentuk transparansi ke publik untuk menjalankan demokrasi yang lebih baik.
"Kita tidak mengumpulkan seperti Pak Basuki misalnya di mal, kita tidak melakukan yang sekali, di Kemang dan Parkir Timur Senayan, itu saja sudah segini (Rp 29,3 miliar)," ujar dia.
Sandi mengaku menghabiskan dana Rp 29,3 miliar selama hampir satu tahun sosialisasi. Dana seluruhnya dikeluarkan dari kocek pribadinya. Penggunaan dana terbesar untuk iklan di media, observasi, sosial, dan akseptabilitas yakni sebesar Rp 25,6 miliar. Untuk teritori, jaringan dan logistik sebesar Rp 1,9 miliar. Dan, untuk advokasi, hukum, dan data menghabiskan Rp 1,8 miliar.
Pasangan bakal calon gubernur Anies Baswedan ini mengaku belum menghitung biaya ke depan selama masa kampanye pilkada DKI Jakarta. Ia berjanji akan mengungkap ke publik termasuk sumber dananya ketika sudah ada. Ia enggan berandai-andai berapa estimasi dana yang akan dikeluarkan selama masa kampanye.
"Ke depannya kita lagi tentukan dengan tim. Ini pertanggungjawaban saya kedepan. Ke depan (hitungan dana kampanye) belum ada," ujar dia.