Kamis 13 Oct 2016 17:54 WIB

Politik SARA Bisa Membuat Pemilih Apatis

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bayu Hermawan
Sekjen PAN, Eddy Soeparno (tengah)
Foto: dok
Sekjen PAN, Eddy Soeparno (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kandidat calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta beserta tim pemenangan diimbau tidak lagi menggunakan politik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam upaya memenangkan pemilihan gubernur (pilgub) DKI Jakarta. Politik SARA perlu dijauhi lantaran dapat menyebabkan pasangan calon tidak lagi fokus kepada warga.

"Para pemilih sudah lelah dengan segala sesuatu berbau SARA ataupun politik yang mengedepankan etika buruk," kata Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno di Jakarta, Kamis (13/10).

Para kandidat hendaknya mengedepankan gagasan dan konsep untuk membenahi DKI Jakarta dari segala problem akut yang membebaninya selama bertahun-tahun. Menurutnya SARA hanya menghabiskan energi dan jauh dari fokus utama.

Setiap pasangan calon dan tim pemenangan sudah seyogyanya memberikan contoh pendidikan politik yang baik kepada masyarakat. Politik SARA, kata Eddy, akan berpengaruh pada hasil pemilihan kepala daerah (pilkada). Bukan hanya sekadar dari sisi pemilihan.

"Kalau SARA disampaikan akan semakin apatis warga untuk memilih. Kok ribut terus, buang waktu, entar kapan mereka (warga) diurus," ujarnya.

Politik SARA harus sebisa mungkin dicegah agar pemilih bisa menentukan pilihannya. Eddy mengatakan ketiga pasangan calon telah bersepakat akan mengutamakan adu gagasan dan menjauhi SARA. Masyarakat pun sudah paham apabila ada pasangan yang tidak sejalan dengan kepentingan DKI, maka akan ditinggalkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement