Senin 10 Oct 2016 15:35 WIB

Lampung Kenalkan Beras Berbahan Singkong

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Singkong
Singkong

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Anjloknya harga singkong (ubi kayu) di sentra produksi tanaman singkong di Lampung, belakangan ini, membuat berbagai pihak menginovasi singkong menjadi ‘berharga’. Pada hari pangan sedunia, Senin (10/10) di kantor Gubernur Lampung, beras berbahan baku singkong dipamerkan.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Lampung melakukan kreativitas beras berbahan baku singkong. Bila sebelumnya, sudah terdapat beras tiwul berbahan baku singkong kering, tepung pati singkong.

Kepala Balai Besar Teknologi Pati BPPT, Aton Yulianto mengatakan hari pangan ini dikenalkan beras berbahan baku singkong. Diantaranya, beras sehatku dari tepung pati singkong, sigerku beras dari tepung singkong segar, dan beras tiwulku berbahan baku tepung gaplek atau singkong yang sudah kering.

“Beras berbahan baku singkong indeks glikemiknya lebih rendah dari beras padi,” katanya.

Ia mengatakan beras singkong ini cocok untuk penderita diabetes sebagai pengganti beras biasa. Kelebihan lain dari beras singkong ini, dapat bisa mengeyangkan lebih lama. Tepung sugih dan tepung fantasi merupakan produk inovatif BPPT yang berada di Technopark di Lampung Tengah. Tepung Sugih adalah tepung singkong termodifikasi yang digunakan sebagai bahan baku aneka produk snack kering, cookies, cracker, dan berbagai kue tradisional lainnya.

Sedangkan, tepung fantasi dalah pati singkong yang dimodifikasi dengan cara fermentasi. Tepung fantasi cocok untuk bahan baku pempek maupun aneka kue yang selama ini dibuat dari tepung beras.

BPPT berupaya menjadikan Technopark di Lampung sebagai teknopolitan dengan menggandeng pemerintah, industri dan akademisi. Aton Yulianto menyatakan, pihaknya telah melibatkan Pemprov Lampung dan Pemkab Lampung Tengah untuk kawasan industri, melalui pemanfaatan barang milik negara.

 

Ide awal masterplan 2.000 hektare kawasan technopark itu akan diisi oleh sekolah unggulan (80 ha); technopark center (20 ha); kawasan industri (1.000 ha); kawasan pendidikan (300 ha); dan pengkajian dan penerapan BPPT (600 ha). Dia mengharapkan agrowisata juga ada di kawasan itu dan mengundang orang untuk berkunjung ke sana.

 

Kepada pemerintah daerah, ia berharap dapat menyelesaikan permasalahan teknis seperti lahan masyarakat, sehingga masyarakat juga dapat mendukung pembangunan kawasan teknopolitan tersebut. Nantinya, diharapkan juga  dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement