REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunikasi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama dinilai banyak menimbulkan polemik. Bahkan cara komunikasi pria yang disapa Ahok ini sudah merujuk pada titik lemah Ahok yang dapat menurunkan elektabilitasnya.
"Sudah mendesak Ahok membutuhkan tim komunikasi yang profesional dan handal untuk mendampingi dirinya sebagai Gubernur maupun sebagi Balon Gubernur. Salah satu tugas dari tim komunikasi ini adalah Juru bicara," kata pengamat politik Emrus Sihombing kepada Republika, Jumat (7/10).
Pengajar ilmu politik Pelita Harapan ini mengatakan pekan ini dengan kepolosannya, Ahok memberi pandangan tentang kebebasan warga Jakarta memilih atau tidak memilih dirinya pada Pilkada Februari 2017 dengan mengaitkan isi kitab suci Alquran yang menjadi perbincangan hangat di media yang berujung pada merencanakan akan mengadukan Ahok ke polisi.
Menurut pengamatan Emrus dua tahun terakhir ini komunikasi Ahok sebagai pejabat publik (gubernur) dan Balon Cagub saat ini lemah. Meski harus diakui, bahwa tidak ada manusia yang sempurna, termasuk Ahok sendiri.
Namun yang terpenting adalah menyadari kekurangan tersebut dengan meminta pemikiran dan masukan dari manusia lain dalam hal ini juru bicaranya. "Maka kelemahan tersebut dapat dikelolah dengan baik sehingga kekurangan itu dapat di atasi," ujarnya.
Emrus mengatakan dalam perjalanan sejarah kehidupan manusia di manapun, komunikasi antara manusia dalam semua konteks kehidupan sosial sangat penting. Karena dengan kata Emrus bisa menciptakan realitas sosial kebangsaan, kebersamaan, damai, produktif, saling mendukung, persaingan sehat dalam Pilkada.