Selasa 04 Oct 2016 13:40 WIB

Kasus Dimas Kanjeng Bukti Masyarakat Berubah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Esthi Maharani
Taat Pribadi
Foto: Dok Polri
Taat Pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat dinilai tidak pernah mengambil pelajaran dari peristiwa mistis serupa yang terjadi sebelum kasus Dimas Kanjeng Taat Pribadi ada. Hal ini disebabkan lantaran pembangunan ekonomi yang berorientasi ke fisik atau materi.

"Akibatnya masyarakat kita berubah dari masyarakat religius ke hedonis. Mengutamakan atau menjunjung setinggi langit materi," kata sosiolog Musni Umar kepada Republika.co.id, Selasa (4/10).

Kehidupan religius beragama perlahan mulai berganti dengan hal-hal yang bersifat materi. Masyarakat, kata Musni, berlomba-lomba menjadi kaya tanpa memperhatikan proses seperti keterampilan dan modal. Kebanyakan orang ingin kaya dengan cara instan. Rakyat kelas menengah ke bawah yang sudah lama menderita menggunakan 'kesaktian' Dimas Kanjeng sebagai pintu masuk mendapatkan uang banyak untuk mengubah nasibnya.

"Apa yang mereka miliki, dijual, dan uangnya diserahkan ke Dimas Kanjeng dengan harapan akan mendatangkan uang sebanyak-banyaknya," ujar Wakil Rektor Universitas Ibnu Khaldun Jakarta ini.

Bagi rakyat golongan menengah ke atas, mereka melihat potensi Dimas Kanjeng begitu besar sehingga memanfaatkannya untuk kepentingan politik. Namun ada juga yang didorong rasa tamak dan ingin memperoleh uang lebih banyak lagi. Ini dibuktikan dengan besarnya kepercayaan para pengikut Dimas Kanjeng yang tidak hanya berasal dari rakyat jelata, tapi juga pejabat, dan orang kaya. Bahkan ada yang menyerahkan uang hingga Rp 200 miliar untuk digandakan.

Dimas Kanjeng adalah pembina Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng di Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pria berusia 46 tahun tersebut telah dijadikan tersangka oleh polisi dalam kasus pembunuhan dan penipuan. Taat diduga terlibat pembunuhan dua orang bekas anak buahnya, yaitu Abdul Ghani dan Ismail Hidayah. Mereka dibunuh karena khawatir akan membocorkan dugaan praktik penipuan penggandaan uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement