Ahad 02 Oct 2016 10:25 WIB

Tikar Mendong Ramah Lingkungan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Damanhuri Zuhri
Perajin tikar mendong menganyam tikar dengan alat tradisional, di Kelurahan Setianegara, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya,
Foto: Fuji E Permana/Republika
Perajin tikar mendong menganyam tikar dengan alat tradisional, di Kelurahan Setianegara, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya,

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tikar mendong terbuat dari daun mendong. Tanaman mendong tumbuh seperti padi, merawat mendong seperti merawat padi. Setelah ditanam selama enam bulan, mendong baru bisa dipanen. Panen selanjutnya bisa dilakukan tiga bulan sekali.

Bahan baku tikar mendong menggunakan bahan-bahan alami. Tikar ini pun dapat dikatakan ramah lingkungan karena mudah terurai. Para pengrajinnya percaya, menggunakan tikar mendong lebih baik untuk kesehatan daripada menggunakan tikar plastik.

Salah seorang pengusaha tikar mendong di Jalan Lawang Condong, Kota Tasikmalaya, Endang Kurnawan (50 Tahun) mengatakan, tikar mendong merupakan buah karya tangan-tangan terampil para pengrajin. Artinya memiliki nilai lebih dibanding tikar buatan mesin.

Tikar mendong yang terbuat dari bahan alami, jelas berbeda jauh dengan tikar bebahan plastik. Tikar berbahan plastik baru akan terurai setelah beratus-ratus tahun.

"Tikar mendong setelah rusak terus dibuang bisa menjadi pupuk, cepat terurai jadi tanah kembali karena bahan dasarnya alami," ujar Endang.

Sifatnya yang alami akan cocok digunakan oleh masyarakat kelas atas yang menerapkan gaya hidup go green. Selain itu, masyarakat kelas menengah ke bawah pun cocok menggunakan tikar mendong karena harganya sangat terjangkau. Harga satuannya di kisaran Rp 30 ribu.

Akan tetapi, tumbuhan mendong semakin berkurang dari tahun ke tahun. Menurut Endang, hal tersebut terjadi karena petani mendong beranggapan menanam mendong sudah tidak menguntungkan lagi.

Ketika keuntungan dirasakan semakin berkurang, mereka beralih melakukan pekerjaan lain untuk mendapatkan keuntungan. "Petaninya juga membandingkan, apakah menanam mendong atau padi yang lebih menguntungkan," jelas Endang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement