REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan relokasi atau pemindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya akan bisa diterima semua pihak bila dilakukan dengan dialog dan komunikasi yang baik.
"Bila ada dialog, komunikasi dan penanganan yang benar, saya yakin masyarakat akan bisa menerima, apalagi untuk kepentingan yang lebih besar. Bangsa ini sudah terbiasa iuran untuk kepentingan yang lebih besar. Dulu bahkan sampai iuran nyawa," kata Anies di Jakarta, Jumat (30/9).
Anies mengatakan tempat tinggal merupakan bagian dari sejarah seseorang. Ada memori dan rasa yang menetap di tempat itu. Karena itu, bila penggusuran dipaksakan, maka sejarah dan memori seseorang juga akan ikut hilang.
Namun, dengan dialog dan komunikasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait, Anies meyakini relokasi akan bisa diterima dengan baik. Bila pun ada pelanggaran aturan, maka aturan harus ditegakkan.
"Masalahnya, tidak semua yang digusur itu melanggar. Ada juga yang memang memiliki hak untuk tinggal di situ. Bila sudah ada ketetapan hukum, pemerintah daerah juga harus mengikuti," tuturnya.
Relokasi yang didahului dengan dialog dan komunikasi memang akan memakan waktu yang panjang. Namun, Anies mengatakan hal itu perlu dilakukan untuk memahami permasalahan yang ada di masyarakat.
"Tempat satu dengan lainnya memiliki permasalahan yang berbeda. Karena itu, penanganannya harus berbeda. Memindahkan orang itu gampang, tetapi dampaknya akan mereka rasakan seumur hidup," katanya.
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 akan diikuti tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur.
Mereka adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai Nasdem, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.