Rabu 28 Sep 2016 07:03 WIB

Air Mata Mata Air

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ilham
Suasana kondisi hulu sungai Cikamiri yang rusak akibat hujan deras di Pasirwangi, Kabupaten Garut. Salah satu pemicu banjir bandang di Kabupaten Garut dikarenakan area hulu sungai Cikamiri rusak terkena longsor sertt alih fungsi lahan konservasi menjadi pe
Foto:

Rusaknya wilayah tangkapan air menunjukan pengawasan terhadap kawasan hutan lindung masih sangat kurang. Menurut Mia, mungkin personel perhutani kurang banyak untuk mengawasi hutan lindung yang luas.

Sementara, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat, Dadan Ramdan menerangkan, di Kabupaten Garut terdapat 35 anak sungai yang semuanya bermuara di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk.

Puluhan anak sungai tersebut hulunya terletak di enam gunung. Yakni, Gunung Mandala Giri, Papandayan, Darajat, Cikuray, Cikaracak, dan Guntur.

Jika wilayah tangkapan air di hulu anak-anak sungai rusak. Maka, puluhan anak sungai tersebut akan menumpahkan air dengan cepat ke Sungai Cimanuk. Selain itu, kondisi hutan yang terus menyusut juga dinilai menjadi penyebab banjir bandang di Garut.

"Kondisi hutan menyusut oleh penebangan, pertanian, bisnis wisata, dan pertambangan," kata Dadan.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Anang Sudarna juga mengatakan, sejak hujan turun, dua sampai tiga jam kemudian Sungai Cimanuk sudah meluap di Tarogong Kidul. Artinya, tidak ada tahanan air di daerah pegunungan (wilayah tangkapan air).

Kalau air dari gunung memakan waktu lama untuk sampai ke sungai, dijelaskan Anang, artinya hutan lindungnya berfungsi dengan baik. "Mestinya ketika hujan turun, kalau vegetasinya benar, air itu akan lama sampai ke sungai," katanya.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Mochamad Mazid mengakui, salah satu penyebab banjir adalah tutupan kawasan konservasi di hulu DAS Cimanuk sudah sangat terbuka. Sekarang kondisi hutan sudah sedemikian kritis.

Hal tersebut berdampak ketika intensitas hujan tinggi, maka airnya menjadi aliran permukaan. Artinya tidak terserap di wilayah tangkapan air. "Keberadaan air dari sisi kualitas dan kuantitas sangat berkaitan erat dengan kualitas lingkungan," tegas Mazid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement