Selasa 27 Sep 2016 16:48 WIB

Ini Alasan Pendukung Risma di Jakarta Tegas Tolak Ahok

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bilal Ramadhan
Komunitas Pendukung Tri Rismaharini yang tergabung dalam Jaklover mengelar aksi saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kawasan Patung Kuda, Jakarta, Ahad (31/7). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Komunitas Pendukung Tri Rismaharini yang tergabung dalam Jaklover mengelar aksi saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Kawasan Patung Kuda, Jakarta, Ahad (31/7). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pendukung Tri Rismaharini di Jakarta seperti Aliansi Masyarakat untuk Risma (Amaris) menyatakan mendukung pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pilgub DKI 2017. Mereka juga menolak tegas untuk mendukung pejawat Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama.

Koordinator Amaris untuk kawasan Pejagalan, Suharno menuturkan, ada beberapa alasan yang mendorong warga menyatakan penolakannya terhadap kandidat pejawat. Pertama, masyarakat Pejagalan sudah bosan melihat gubernur DKI yang sekarang karena tidak pernah berkomunikasi dengan warga dalam menjalankan kebijakan penataan Ibu Kota.

"Gubernur sekarang (Ahok) kerap menggusur paksa warganya dengan cara-cara kekerasan dan tanpa ada dialog. Bagi kami, ini sebuah bentuk kearoganan penguasa," ujar Suharno kepada Republika.co.id, Selasa (27/9).

Sebagai gubernur, kata dia, Ahok juga tidak mampu menunjukkan keteladanan yang baik. Selain kebijakannya yang sering menyengsarakan warga miskin di Ibu Kota, pola komunikasi yang diterapkan mantan bupati Belitung Timur itu menurutnya juga kerap menyakiti hati rakyat.

"Gubernur arogan bermulut kasar sudah semestinya masuk keranjang sampah, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pemimpin Jakarta harus mampu memimpin dengan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab," ucap Suharno.

Ia mengatakan, sejumlah penggusuran paksa terhadap warga oleh gubernur DKI saat ini menjadi contoh perilaku di luar rasa perikemanusiaan. Kebijakan itu menurutnya tidak hanya mencerabut kehidupan warga dari lingkungan sosial mereka, tetapi juga mematikan ekonomi masyarakat karena dilakukan tanpa adanya persiapan yang matang.

Suharno menambahkan, Jakarta baru harus lahir dari rahim pemimpin yang tegas, namun manusiawi. Pemimpin yang mau mendengar aspirasi rakyat yang dipimpinnya dan mampu mempersatukan semua komponen masyarakat. Warga Pejagalan, kata dia, rindu sosok pemimpin yang mampu memimpin dengan hati.

"Kami menginginkan pemimpin yang tidak hanya mampu membangun kotanya, tapi juga mampu membangun manusianya," kata Suharno lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement