REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Produk sawit masih mengalami berbagai kampanye hitam. Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Rusman Heriawan mengakui gencarnya kampanye hitam terkait kelapa sawit membuat komoditi ini terancam anjlok.
Kampanye hitam tersebut dianggap merugikan Indonesia sebagai negara penghasil sawit yang cukup besar. Ia menuturkan, selama ini kajian terkait manfaat minyak jauh lebih besar terhadap minyak sawit. Bahkan untuk kajian terhadap minyak lain diakuinya nyaris tidak ada. "Karena itu anggapan bahwa minyak sawit berbahaya bagi kesehatan tentu tidak benar," katanya.
Menurutnya, saat ini nilai ekonomi minyak sawit sangat besar bagi perekonomian nasional. Data menunjukkan 41,55 persen produksi minyak sawit dihasilkan oleh petani kelapa sawit. Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam industri sawit mencapai angka 4,2 juta jiwa, sementara tenaga kerja yang tidak terlibat langsung mencapai 12 juta jiwa.
Selain itu 11,7 persen ekspor nasional adalah minyak sawit. Fakta tersebut sekaligus menunjukkan bahwa saat ini sawit menjadi komiditas andalan pertama setelah batu bara, migas, kopi dan rempah anjlok.
Ahli gizi FKUI Inge Permadi mengatakan minyak sawit tidak berbahaya bagi kesehatan bahkan bermanfaat bagi tubuh. Konsumsi minyak sawit dapat membantu mencukupi kebutuhan vitamin A dan E bagi tubuh, juga memenuhi kebutuhan lemak.
“Minyak sawit kita butuhkan hanya saja jumlahnya tentu harus dibatasi. Jadi harus bijaksana dalam mengonsumsi," kata dia, melalui siaran pers, Senin (26/9).
Menurut dia, jika berlebihan, minyak jenis apapun akan berbahaya bagi tubuh. Minyak berlebihan akan meningkatkan kadar lemak dalam darah (HDL) sehingga berpotensi memicu peningkatan kolesterol.
Ia mengatakan, batasan penggunaan minyak dalam sehari maksimal 7 persen dari total kebutuhan kalori atau sekitar 1,5 sendok makan. Dalam beberapa hal minyak sawit jauh lebih baik dibanding jenis minyak lainnya. Misalnya dalam hal kandungan vitamin E, minyak sawit mengandung 1.172 ppm.
"Bandingkan dengan minyak kedelai yang hanya 958 ppm, minyak jagung 782 ppm dan minyak zaitun 51 ppm," lanjut dia.
Minyak sawit juga memiliki kelebihan lain karena merupakan jenis minyak paling tahan terhadap pemanasan. Itu artinya, dalam satu kali proses pemanasan hanya akan menimbulkan perubahan 14,2 persen, sementara minyak jagung lebih dari 20 persen.
Dalam sejumlah riset, minyak sawit terbukti memiliki manfaat mencegah penuaan dini dan mampu menghambat penyakit degeneratif. Konsumsi asam palmitat juga terbukti tidak mengakibatkan hiperkolesterolemia, jika dikonsumsi bersama asam linoleat dengan kandungan kurang dari 4,5 persen dari total energi.
"Manfaat lain yang sudah diketahui masyarakat adalah diet minyak sawit dapat menurunkan serum TC, LDL-C dan TC/HDL-C," kata dia.