REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Keberadaan E-Warong (Elektronik Warung Gotong Royong) yang merupakan sarana penyaluran bantuan sosial oleh Kementerian Sosial (Kemensos) mulai dievaluasi. Malang merupakan kota pertama di Indonesia yang disasar Kemensos untuk pendirian warung sembako non-tunai ini.
Tiga bulan sejak e-Warong pertama diresmikan, transaksi penjualan masih rendah. Berdasarkan catatan Bank BNI Malang yang ditunjuk Kemensos sebagai mitra e-Warong, nilai transaksi baru mencapai Rp 9,8 juta.
Rabu (21/9) lalu tim analis dari Kemensos menggelar pertemuan dengan perwakilan dinas sosial dan pihak perbankan. Analis Kebijakan Madya dari Biro Perencanaan Kemensos, Ahmad Sobirin, mengatakan pihaknya turun ke daerah untuk mengkaji kelemahan penerapan e-Warong.
"Dari pertemuan ini akan ada rekomendasi untuk memperbaiki sistem kerja e-Warong," jelasnya saat ditemui Republika, di Malang.
Kajian serupa juga akan dilakukan di 20 e-warong yang tersebar di seluruh Indonesia. Evaluasi ini akan menjadi masukan bagi Kemensos yang rencananya akan membuka enam e-Warong baru di Jawa Timur hingga akhir tahun ini.
Pada akhir Juni lalu, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meresmikan pembukaan warung elektronik atau e-warong pertama di Indonesia. E-warong tersebut berlokasi di Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Masyarakat penerima dana bantuan sosial (bansos) bisa mencairkan bantuan di warung elektronik atau e-Warong Kelompok Usaha Bersama Program Keluarga Harapan (KUBE PKH).
Dengan sistem e-Warong, masyarakat lebih fleksibel mencairkan dana karena tak perlu datang ke bank. E-warong siap menampung bansos dr KUBE, PKH, dan beras sejahtera (Rastra).
Total bansos yang disalurkan secara nasional mencapai Rp 9,8 triliun untuk PKH dan Rp 21,9 triliun untuk Rastra. Khusus wilayah Jawa Timur, total bansos mencapai Rp 4,8 triliun. Sampai September 2016 e-Warong ditargetkan menjangkau 34 kabupaten/kota.