Jumat 23 Sep 2016 06:50 WIB

Penggunaan Drone Bagi Peliputan Jurnalisme Timbulkan Pertanyaan Baru

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Hazliansyah
Karma, Drone GoPro
Foto: cnet.com
Karma, Drone GoPro

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Peliputan jurnalisme udara tidak lagi memakan biaya yang mahal seiring meningkatnya popularitas drone  journalism. Tetapi penggunaan drone meninggalkan beberapa pertanyaan.  

"Apakah penggunaan  drone  aman?  Apakah  penggunaan  drone dapat mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain? Dengan semakin banyaknya  orang yang menggunakan drone, apakah publik masih memerlukan jurnalis profesional?".

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencuat pada sesi Drone Journalism dengan pembicara dari Harian Kompas, Arbain Rambey di Jakarta World Forum For Media Development (JWFMD) pada Rabu (21/9).

Meski  popularitas  dari  penggunaan  drone  semakin  meningkat  diantara khalayak biasa, peserta dan pembicara sepakat bahwa  peliputan berita harus disampaikan jurnalis profesional untuk memastikan kualitas dari keseluruhan konten berita.   

Patrick Leush selaku Managing Director dari Global Media Forum mengatakan tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengemas video  dan foto menjadi sebuah berita yang memiliki value. Tidak hanya menekankan pada masa produksi pengambilan video dan konten, jurnalis  harus memahami isu terkait keselamatan dan privasi dalam menggunakan drone journalism.

"Jurnalis harus mengikuti regulasi terkait penggunaan drone, terutama yang berfokus pada privasi publik secara luas dan  keselamatan publik," kata Rambey.

Dalam  hal  ini,  Arbain  Rambey  memberikan  contoh  peristiwa  penggunaan drone  yang  melintas di sebuah villa di Bali akan  langsung ditembak jatuh karena dianggap mengganggu  privasi. Oleh karena itu, Rambey dan peserta sepakat untuk mengajak universitas  untuk memasukan drone journalism sebagai bagian dari kurikulum, terutama dalam mengemas cerita  menarik.

Jakarta World Forum for Media Development (JWFMD) adalah event internasional atas kerja sama dari Global Forum for Media Development  dan Dewan Pers Indonesia. Event yang diselenggarakan dalam waktu tiga hari dengan ratusan peserta dan  praktisi dari 62 negara.  Acara ini diharapkan dapat membangun kerja sama antara eksekutif media dan aktivis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement