Rabu 21 Sep 2016 07:36 WIB

Indonesia Indicator: Ahok Masih Unggul dari Kandidat Lain

Relawan menunjukan pin dukungan untuk pasangan Ahok-Djarot saat deklarasi di Jakarta, Kamis (25/8).
Foto: Antara/Reno Esnir
Relawan menunjukan pin dukungan untuk pasangan Ahok-Djarot saat deklarasi di Jakarta, Kamis (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Indicator (I2), perusahaan bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan perangkat lunak AI (Artificial Intelligence), mencatat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama Ahok masih unggul dibandingkan kandidat-kandidat lain.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang, di Jakarta, Rabu mengungkapkan, Ahok masih menjadi magnet terbesar di media internet (online), baik yang pro maupun yang kontra dengan rata-rata 8.000 pemberitaan setiap bulannya. "Sentimen negatif yang dimunculkan sepanjang sebulan terakhir mencapai 21 persen. Situasi sentimen negatif itu, sudah menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 26 persen," ujar Rustika.

Meskipun dari sisi tren popularitas dalam pantauan intelijen media, Ahok terlihat menurun, kata Rustika, namun posisinya sebagai calon gubernur masih kuat, yakni 52 persen dalam sebulan. Sejauh ini, kata dia, belum terlihat penantang yang cukup kuat.

Sandiaga Uno yang digadang-gadang Partai Gerindra hingga saat ini mencapai 21 persen. Posisi Sandiaga terus merangkak naik, meski belum menyamai Ahok. Sementara, nama yang lain seperti Yusril Ihza Mahendra 10 persen, Tri Rismaharini 13,72 persen.

Popularitas Ahok juga terlihat di media sosial. Rustika mengungkapkan, pada 1-20 September 2016, ada sebanyak 371.674 tweet dari 120 ribu akun tentang sosok Ahok di media sosial. "Sebanyak 24.338 tweet menunjukkan emosi trust terhadap sosok Ahok. Makna dari emosi ini adalah kepercayaan netizen terhadap kemampuan Ahok diiringi harapan, serta kegembiraan netizen agar Ahok kembali maju di Pilkada 2017," ujar Rustika.

Menurut Rustika, di media sosial Twitter, sosok Ahok direspons positif yang dibuktikan dengan dominasi emosi trust, anticipation, disgust, joy dan surprise. "Anticipation di sini diartikan bahwa netizen tengah memantau perkembangan terhadap pencalonan Ahok. Netizen terlihat lebih hati-hati dalam menanggapi. Mereka mendukung Ahok, sekaligus ekspresi kegembiraan juga muncul," tuturnya.

Sedangkan, katanya, emosi amarah terhadap sosok Ahok mencapai 6.154 tweet, sementara emosi sedih dan takut ditemukan kecil. Dari sisi demografi, Ahok direspons oleh masyarakat muda di bawah 35 tahun sebanyak 44 persen, yang 67 persennya pria.

Sementara itu, media sosial pada Sandiaga Uno relatif kecil pada emosi amarah. Sebanyak 22.500 ribu tweet dari 14.026 akun yang ditujukan pada Sandiaga Uno didominasi oleh emosi trust dukungan untuk maju sebagai cagub, dan anticipation (kehati-hatian). Hashtag terbesarnya #CagubAndalanGue.

Masuknya nama Anies Baswedan dalam kancah Pilkada DKI yang baru saja dimunculkan menjelang pengumuman cagub dari PDI Perjuangan mendapatkan respons positif di publik. Apabila Sandiaga dan Anies Baswedan muncul, maka publik akan kembali menemukan penantang kuat bagi Ahok.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Selasa malam (20/9) resmi mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement