Sabtu 17 Sep 2016 21:54 WIB

Tak Ada Calon Dominan di Pilkada DKI

Maskot Pilkada DKI Jakarta diperlihatkan usai peluncuran saat Konsolidasi Akbar Penyelenggara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 di Jakarta, Sabtu (30\7).
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Maskot Pilkada DKI Jakarta diperlihatkan usai peluncuran saat Konsolidasi Akbar Penyelenggara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 di Jakarta, Sabtu (30\7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga survei  Strategi dan Taktik (Stratak) Indonesia menyebut tidak ada bakal calon dominan menjelang masa pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Karena itu, bakal calon pejawat, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang disebut-sebut paling kuat, bukan tidak mungkin untuk dikalahkan bakal calon lainnya.

“Ahok bukanlah calon dominan dan bisa dikalahkan,” kata Direktur Riset Lembaga Survei Stratak Indonesia, Mohammad Romdhoni saat merilis hasil survei terbaru Pilkada DKI Jakarta di Mercure Hotel, Jakarta, Sabtu (17/9).

Romdhoni menjelaskan, dari dua kali survei, Juni dan  September 2016, Ahok secara personal tidak pernah mencapai angka elektabilitas di atas 50 persen. Itu artinya sebagai pejawat  Ahok tidaklah kuat. Pengalaman menunjukan pejawat yang kuat dan dominan selalu mencapai elektabilitas di atas 60 persen.

Romdhoni menambahkan dari sisi para penantang ,Yusril dan Risma berpotensi mengalahkan Ahok.   "Survei kami mendapatkan data elektabilitas Ahok menurun sementara para penantangnya terus merangkak naik. Dari daftar para penantang dapat disimpulkan, Yusril dipasangkan dengan siapapun berpotensi mengalahkan Ahok,” kata Romdhoni. 

 

Survei Stratak Indonesia ini dilakukan pada tanggal 2-10 September 2016 dengan metode multistage random sampling dengan jumlah sampel 420 responden, dengan margin of error sebesar 4.78 persen pada tingat kepercayaan 95 persen. Penggalian data dilakukan dengan wawancara tatap muka langsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement