Senin 12 Sep 2016 19:33 WIB

'Upaya Pengambilalihan Kerajaan Gowa Karena Kepentingan Politik'

Rep: Lintar Satria/ Red: Andi Nur Aminah
Beberapa orang keturunan dewan adat Bate Salapang dari Lembaga Adat Daerah (LAD) Kabupaten Gowa melakukan pencucian benda pusaka di Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (12/9).
Foto: Abriawan Abhe/Antara
Beberapa orang keturunan dewan adat Bate Salapang dari Lembaga Adat Daerah (LAD) Kabupaten Gowa melakukan pencucian benda pusaka di Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (12/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Universitas Hasanuddin DR Supriadi Mappangara menilai usaha Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan yang memproklamirkan diri sebagai Raja Gowa sebagai kepentingan politik. Karena klaim Adnan terhadap sejarah Raja Gowa yang dipilih Batesalapang tidak sesuai dengan sejarah.

"Batesalapang ditentukan dari silsilah keturunan. Jadi sebenarnya ini kan sudah lari kemana-mana, bolanya liar sekarang karena sudah ada kepentingan politik yang bermain. Raja Gowa yang sekarang ini yang 'dilengserkan' itu kan juga ikut pemilihan untuk jadi bupati," kata Supriadi saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/9).

Supriadi menjelaskan Batesalapang memang memilih Raja Gowa. Tapi Batesalapang memilih raja berdasarkan silisilah kerajaan. Supriadi mengatakan Batesalapang ialah raja-raja kecil di bawah Kerajaan Gowa. Bukan perwakilan yang dipilih rakyat. Awalnya mereka memilih satu perempuan dari langit yang keturunannya dijadikan raja.

"Hampir semua kerajaan di Sulawesi Selatan itu dari bapak ke anak ada juga dari bapak ke saudara. Hampir seluruhnya demikian," katanya.

Supriadi menjelaskan dalam sejarah Kerajaan Gowa, pemegang benda pusaka kerajaan memang akan menarik ketaatan rakyat. Supriadi mengatakan suatu ketika benda kebesaran Kerajaan Gowa dipegang oleh Raja Bone di akhir Abad 18 dan di awal Abad 19. Pada saat itu Inggirs yang berkuasa di Makassar heran mengapa banyak Rakyat Gowa memberi hormat kepada Raja Bugis Bone.

"Ternyata benda kebesaraan itu ada di tangan Raja Bone. Bangsa Inggris yang waktu itu tidak mau melihat Kerajaan Gowa tenggelam karena untuk melakukan perimbangan kekuatan. Lalu Inggirs merebut benda pusaka itu dan akhirnya mengusir orang Bone dari Makasar," katanya.

Pernah lagi, lanjut Supriadi pada abad 18 seseorang yang bernama Bataragowa mengambil benda pusaka Kerajaan Gowa dan sebagian rakyat di pedalaman itu hormat kepadanya. Sehingga Kerajaan Gowa saat itu sedikit tidak tenang.

"Jadi benda pusaka sangat penting sekali karena dianggap titipan dewa yang di atas kepada orang yang dipercaya untuk menetramkan keadaan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement