Senin 12 Sep 2016 06:06 WIB

Berkurban Jangan Pakai Perasaan

Wartawan Republika, Karta Raharja Ucu
Foto:

Lalu kenapa kita harus berkurban? Jawabannya ada di penggalan pesan Ustaz Muhammad Arifin Ilham.

Pertama, kata Ustaz Arifin, sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas nikmat kehidupan yang diberikan. Kedua, menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim AS, khalilullah (kekasih Allah), yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail AS ketika hari an-nahr (Idul Adha).

"Ketiga, agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan IsmaiAS, dalam hal ketaatan dan kecintaan kepada-Nya."

Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan, sehingga Ismail pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah.

Sejatinya kehendak ibadah kurban adalah keikhlasan dan ketakwaan. Daging dan darah hewan kurban kita sama sekali tidak akan sampai kepada-Nya jika tidak disertai takwa dan ikhlas. "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS al-Hajj: 37).

Orang yang mampu berkurban tapi tidak berkurban, hukumnya makruh. "Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah sekali-kali ia menghampiri tempat shalat kami." (HR Ahmad, Ibnu Majah, dan al-Hakim, dari Abu Hurairah RA).

Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar, Walillahilham...

Mendaras kisah pengorbanan Ibrahim, Ismail, hingga Nenek Sahati, masihkah kita hitung-hitungan dalam berkurban? Coba cek lagi tabungan, gadget yang mungkin kebanyakan, atau perhiasan simpanan yang jarang kita pakai. Mungkin semua itu lebih dari cukup untuk membeli seekor kambing, atau bahkan sapi, mumpung masih ada waktu untuk menyembelih hewan kurban selama hari tasyrik (11, 12, 13 Zulhijah).

Ayolah saudaraku, berkurbanlah tanpa menimbang untung rugi, tanpa hitung-hitungan, dan jangan memakai perasaan atau nanti kita jadi korban perasaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement