Senin 12 Sep 2016 06:06 WIB

Berkurban Jangan Pakai Perasaan

Wartawan Republika, Karta Raharja Ucu
Foto:

Senior Planner di OneShildt Financial Planning, Rahma Mieta Mulia, CFP, mengatakan tidak adanya dana yang tersedia menjadi alasan seseorang tidak berkurban. Padahal jika dipersiapkan dari jauh hari dan dijadikan kebiasaan, berkurban bisa dijadikan rutinitas tahunan bahkan mengalami peningkatan setiap tahun.

Ia mengatakan, jika tahun ini berkurban kambing, dengan niat yang tulus mengharapkan ridha Allah, tahun depan kita bisa berkurban sapi. Rahma mengatakan, setiap Muslim, kaya atau muda, semua bisa berkurban. Caranya dengan menyisihkan dana selama satu tahun. Sedikit-sedikit setiap hari, ringan tapi efektif.

Kita, kata Rahma, bisa menentukan sumber dana yang akan disisihkan. Misalnya dari pendapatan bulanan atau pendapatan tahunan seperti tunjangan hari raya (THR) atau bonus. "Jika berniat untuk menyisihkan setiap bulan, bagilah target dana kurban yang harus dipenuhi dengan jumlah bulan yang tersisa, misalnya Rp 2.875.000 per 12 bulan yang berarti jumlah uang yang harus disisihkan adalah sebesar Rp 240 ribu setiap bulan,” kata dia menjelaskan.

Ulama kharismatik Buya Hamka punya pernyataan luar biasa soal berkurban. Menurut Buya Hamka, berkurban adalah sesuatu yang sangat berat. Hal itu bisa dilihat dari sejarah kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim AS, yang harus rela mengorbankan anaknya, Ismail AS, sesuai perintah Allah.

Sirah Nabi Ibrahim AS memang mengagumkan. Beliau tidak memiliki anak keturunan hingga berusia lanjut. Ketika doanya agar diberikan keturunan dikabulkan Allah, ia harus rela meninggalkan putranya yang masih bayi, Nabi Ismail AS, dan istrinya Siti Hajar di lembah tandus tak berpenghuni di dekat Ka'bah atas perintah Allah. Lagi-lagi atas perintah Allah melalui mimpi, Bapak Para Nabi itu juga dengan ketaatannya menjalankan perintah untuk menyembelih putranya, Ismail.

Seperti pepatah, buah tak jatuh dari pohonnya. Keimanan Nabi Ibrahim AS yang menjulang tinggi juga dimiliki Nabi Ismail AS. Ia rela disembelih ayahnya jika memang itu perintah Tuhan, hingga akhirnya Nabi Ismail diganti dengan domba sembelihan yang besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement