Rabu 07 Sep 2016 14:00 WIB

BG Paparkan Potensi Ancaman Keamanan Nasional

Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan bersiap menyampaikan visi misinya saat menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sebagai calon Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) di Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (7/9).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan bersiap menyampaikan visi misinya saat menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) sebagai calon Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) di Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Kepala Badan Intelijen Negera, Komjen Pol Budi Gunawan memaparkan potensi ancaman keamanan nasional. Menurut dia, perlu dibangun sistem keamanan nasional.

"Sistem keamanan nasional merupakan satu komponen yang memiliki empat dimensi yaitu keamanan manusia, kamtibmas, keamanan dalam negeri dan keamanan pertahanan," katanya dalam uji kelayakan di Ruang Rapat Komisi I DPR, Jakarta, Rabu (7/9).

Dia menjelaskan, ancaman terhadap keamanan manusia meliputi keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, komunitas dan politik. Menurut dia, ancaman terhadap Kamtibmas meliputi kriminal umum dan kejahatan terorganisasi lintas negara.

"Ancaman terhadap keamanan dalam negeri meliputi separatisme, terorisme, spionase, sabotase, kekerasan politik, konflik horizontal, perang informasi, perang siber dan ekonomi nasional," ujarnya.

Dia mengatakan terkait ancaman terhadap pertahanan seperti perang tidak terbatas, perang terbatas, konflik perbatasan dan pelanggaran wilayah, intelijen negara merupakan lini pertama melakukan deteksi dini, peringatan dini dan deteksi aksi terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman.

"Selain itu geostrategi mencakup ancaman skala global dengan berbagai ketegangan di berbagai wilayah terutama antara Amerika Serikat dan sekutunya, Rusia dan sekutunya seperti terjadi di kawasan Laut China Selatan," tuturnya.

Dia juga menjelaskan, persaingan global dalam bidang Polhukam juga terjadi dalam bentuk ancaman perang proxy. Menurut dia, perkembangan Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) meningkatkan penggunaan internet dan telepon pintar sehingga menimbulkan ancaman infiltrasi melalui dunia maya dan telekomunikasi dan informasi atau cyber war.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement