REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus kanker tiroid dari tahun ke tahun semakin banyak. Pasien kanker tiroid yang kontrol di RSUP Dr Sardjito setiap hari berjumlah tujuh sampai 14 orang. Sedangkan beberapa tahun lalu paling hanya satu per hari.
Sayangnya, sejak 2008 hingga kini alat di RSUP Dr Sardjito masih rusak. "Padahal alat tersebut untuk kontrol pasien kanker tiroid, termasuk untuk mengetahui seberapa penyebaran kanker tiroid," kata Ahli Radiologi RSUP Dr Sardjito Bagaswoto Poedjomartono pada Republika, usai sebagai pembicara dalam acara seminar dengan tema “Share to Care Kenali Tiroidmu, di Gedung Diklat RSUP Dr Sardjito , Ahad (4/9).
"Sehingga apabila ada pasien kanker tiroid yang perlu alat tersebut kami kirim ke Bandung atau Semarang," katanya menambahkan. Dia prihatin dengan keadaan tersebut dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya. Akan tetapi kebanyakan pasien kanker tiroid tersebut diakibatkan karena inflamasi tiroid.
Alat yang digunakan untuk mengontrol pasien kanker tiroid dan untuk mengetahui penyebarannya di Indonesia baru ada di empat tempat yakni di Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta, tetapi yang di Yogyakarta rusak. "Seharusnya pemerintah menyuplai alat tersebut ke rumah sakit-rumah sakit pemerintah yang besar. Mudah-mudahan tahun ini di RSUP Dr Sardjito sudah ada alatnya," katanya berharap.
Lebih lanjut dia mengatakan, apabila penyakit kanker tiroid segera diobati maka angka harapan hidupnya tinggi."Ada pasien yang waktu diketahui kanker tiroid 10 tahun yang lalu dan penyebarannya sudah sampai ke paru. Sekarang kondisinya sudah baik," ungkap Bagas.
Menurut dia, pasien yang menderita kanker tiroid pengobatannya dengan dengan radioaktif. Untuk itu pasien harus dikelola khusus karena pasien yang menjalani pengobatan mengeluarkan radioaktif . Ruangannya harus didesain khusus. Karena itu baru ada tiga rumah sakit di Indonesia yang mempunyai ruangan khusus untuk pengobatan kanker tiroid dengan radioaktif (Jakarta, Bandung dan Yogyakarta).
Bagas mengakui pasien kanker tiroid juga semakin usia muda . Bahkan dia pernah menangani pasien kanker tiroid anak kelas IV SD. Kebanyakan pasien kanker tiroid perempuan. ‘’Apabila diketahui ada benjolan di leher dan didiagnosa karena kanker troid, keduanya (kiri dan kanan) harus diambil supaya kalau ditinggal yang satu tidak mengalami penyebaran,’’saran dia.
Sementara itu Koordinator seminar yang juga mantan penderita kanker tiroid Kuswahyudiati mengatakan masih banyak pasien kanker tiroid yang takut untuk operasi. Padahal kalau segera dilakukan operasi dan dilakukaan pengobatan angka harapan hidupnya tinggi. Kus (panggilan akrab Kuswahyudiati) diketahui menderita kanker tiroid sejak 2006.
Menurut dia pasien kanker tiroid sudah dinyatakan sembuh bila sudah 10 tahun bertahab. Dia mengatakan di Yogyakarta baru kali ini pengetahuan tentang kanker tiroid disampaikan ke masyarakat awam dalam bentuk seminar. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komunitas Pita Tosca. ’’Diharapkan menjadi edukasi bagi penderita kanker tiroid,’’tuturnya.