Jumat 02 Sep 2016 17:29 WIB

Kombinasi Fenomena Alam Berdampak Tingginya Bencana di Indonesia

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Esthi Maharani
La Nina. Ilustrasi
Foto: The Guardian
La Nina. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mendeteksi munculnya fenomena La Nina yang diprediksi bertahan hingga awal 2017. Bersamaan dengan La Nina terjadi fenomena Dipole Mode negatif sejak Mei 2016, yang diprediksi bertahan hingga November 2016, dan kondisi anomali Suhu Muka Laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia.

Kondisi demikian akan menyebabkan tingginya curah hujan di Sumatra dan Jawa bagian Barat. BMKG juga memperkirakan musim kemarau basah akan berlangsung sampai dengan September di sebagian besar wilayah Indonesia.

"Pulau Jawa, Sulawesi bagian timur, Papua bagian tengah dan Kalimantan serta Sumatra bagian selatan diprediksi akan mengalami kenaikan curah hujan hingga 200 persen," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (2/9).

Kombinasi antara La Nina, Dipole Mode, dan anomali suhu muka air laut yang hangat telah memberikan dampak signifikan meningkatnya bencana di Indonesia saat ini. Pada periode ini dari 1 Januari hingga 1 September 2016 hingga terdapat 1.495 kejadian bencana di Indonesia yang menyebabkan 257 orang meninggal dunia, 2,86 juta orang menderita dan mengungsi, dan ribuan rumah rusak. Lebih dari 95 persen dari bencana tersebut adalah bencana hidrometeorologi yang dipengaruhi oleh cuaca.

Longsor adalah jenis bencana yang paling mematikan saat ini. Hingga kemarin, terdapat 323 kejadian longsor yang menyebabkan 126 orang meninggal dan 18.655 jiwa menderita dan mengungsi. Sedangkan banjir terdapat 535 kejadian dengan dampak 70 orang meninggal dan 1,94 juta jiwa menderita dan mengungsi akibat banjir.

Sutopo mengatakan hal ini juga terjadi pada periode La Nina sebelumnya seperti pada 2010 dan 2011. Indonesia kala itu mengalami curah hujan di atas normal, terutama di Pulau Jawa, Maluku, Sulawesi, Sumatra bagian selatan, Kalimantan dan Papua yang menyebabkan hujan lebat dan lebih tinggi daripada curah hujan normal sehingga meningkatkan risiko bencana banjir dan longsor. Selama periode La Nina dengan intensitas sedang tersebut bencana banjir dan longsor meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement