Selasa 30 Aug 2016 15:47 WIB

Keberagaman Modal untuk Membangun Bangsa

 Anggota Fraksi Partai Gerindra Novita Wijayanti (kanan) dalam acara Sosialiasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Foto: dok
Anggota Fraksi Partai Gerindra Novita Wijayanti (kanan) dalam acara Sosialiasi 4 Pilar Kebangsaan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP --  Anggota Fraksi Partai Gerindra Novita Wijayanti menegaskan, keberagaman merupakan ciri khas bangsa Indonesia yang harus dirawat dan dipertahankan. Menurut dia, bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan dengan keberagaman dan perbedaan suku, bahasa, adat istiadat, agama, dan lainnya.

"Perbedaan tersebut dijadikan para leluhur sebagai modal untuk membangun bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar," ujar Novita Wijayanti dalam acara Sosialiasi 4 Pilar Kebangsaan di Aula Desa Panihisan, Kecamatan Maos, Cilacap, Jawa Tengah, Ahad (28/8).

Novita berharap  warisan kebudayaan yang berasal dari masa-masa kerajaan dahulu tetap lestari dan berakar di masyarakat. Menurut dia, atas dasar ini pula, para pendiri negara sepakat untuk menggunakan bhinneka tunggal ika yang berarti "berbeda-beda tapi tetap satu jua" sebagai semboyan negara.

Menurut dia, sejarah mencatat bahwa seluruh anak bangsa yang berasal dari berbagai suku semua terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semua ikut berjuang dengan mengambil peran masing-masing. Ia mencontohkan, peristiwa besar yang terjadi di Kota Surabaya pada pertempuran antara arek-arek kota pahlawan dan sekitarnya melawan para tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali Indonesia.  "Dengan gagahnya pemuda-pemuda itu bersatu dan mengusir tentara sekutu," ungkap dia.

"Kita harus menghargai jasa para pahlawan zaman dulu, karena tanpa jasanya kita tidak bisa hidup nyaman seperti sekarang ini," paparnya. Ia menuturkan, semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" ditemukan dalam Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad XIV pada era Kerajaan Majapahit.

Oleh para founding fathers, lanjut dia,  semboyan itu diberi penafsiran baru sebab dianggap sesuai dengan kebutuhan strategis bangunan Indonesia merdeka yang terdiri atas beragam agama, kepercayaan, etnis, ideologi politik, budaya dan  bahasa.

Novita mengaku prihatin karena semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" itu seakan sudah terkikis. Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan banyaknya tawuran antardesa, antarapelajar, dan konflik-konflik lain-lainnya yang sudah menjamur di seluruh pelosok Indonesia. Ia berharap agar ciri bangsa Indonesia yang beragam itu tetap dijaga dan dipertahankan agar NKRI tetap kokoh.

"Indonesia beruntung telah memiliki falsafah Bhinneka Tunggal Ika sejak dahulu, ketika negara Barat masih mulai memperhatikan tentang konsep keberagaman. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keberagaman," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement