Sabtu 27 Aug 2016 09:14 WIB

Yuk! Mengenal Taaruf

Red: M Akbar
Achmad Qodratu
Foto: istimewa
Achmad Qodratu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Qodrat SQ (Pendiri Komunitas Pasangan Islami)

Mendengar kata ta’aruf, para jomblo yang siap menikah pastinya akan mengidentikkan dengan sebuah proses menuju pernikahan. Ini sebuah proses yang berbe

Proses ta’aruf kini sedang naik daun. Semakin banyak yang memilih metode ini untuk mewujudkan pernikahannya. Walaupun tidak sedikit yang menganggap metode ta’aruf ini sebagai budaya kolot. Tapi tak bisa dipungkiri saat ini ternyata ta'aruf justru semakin populer di kalangan generasi muda. Tak sedikit juga dari generasi tua yang turut merekomendasikan kepada anak-anaknya untuk menjalani ta'aruf sebelum memasuki pernikahan.

Metode ta’aruf sendiri belum memiliki tata cara baku. Namun seakan menjadi konsensus, kesamaan ada pada filosofi ta’aruf. Filosofi itu adalah berkenalan serius dengan lawan jenis yang dilandasi niat untuk menikah dalam waktu dekat dengan menjadikan kaidah-kaidah syariat Islam sebagai acuan. (Baca juga: Antara Ta'aruf dan Pacaran, Mana yang Lebih Baik?)

Selama 14 tahun membantu proses ta’aruf, saya mencoba mengklasifikasikan beberapa versi metode ta’aruf yang pernah melibatkan saya sebagai konsultan atau perantara. Apa saja?

1. Ta’aruf ala Pesantren

Ta’aruf ini umumnya dilakukan di lingkungan pesantren. Saat kiai menjodohkan anaknya dengan santri/santriwati. Atau saat seorang santri berminat pada putri kai.

Pada versi ini, kiai menjadi pihak yang banyak memegang peranan dalam proses ta’aruf. Bila kiai yang ingin menjodohkan putrinya, beliau akan memanggil dan menyampaikan pada pemuda yang dianggap pantas menjadi menantunya. Bila pemuda yang berminat pada putri kiai maka sang pemuda menghadap pak kiai untuk menyampaikan niatnya.

2. Ta’aruf via Murobbi

Murobbi adalah istilah yang digunakan dalam kelompok-kelompok tarbiyah kepada pembina kelompoknya. Peran murobbi hampir sama dengan peran mentor. Namun murobbi umumnya terlibat lebih jauh pada kehidupan pribadi peserta binaannya, termasuk urusan menikah. Bukan berupa intervensi namun cenderung berupa nasihat dan konsultasi. Dari kalangan inilah yang mempopulerkan ta’aruf hingga kini dikenal umum di masyarakat.

Ta’aruf versi ini melibatkan murobbi sebagai pencari calon sekaligus pendamping dan perantara selama proses serta sebagai konsultan dalam memberikan masukan dan pertimbangan. Dalam prosesnya, wawasan dan paradigma murobbi sangat menentukan rijit tidaknya sebuah proses ta’aruf. Ada yang sangat ketat mengatur pola interaksi saat ta’aruf, ada pula yang terbuka dan memudahkan.

Versi ini menggunakan biodata sebagai alat tukar informasi data diri.  Jika sudah siap menikah, maka siapkan biodata, kemudian sampaikan niat menikah berserta biodata kepada murobbi. Murobbi akan mencarikan calon yang sesuai dengan kriteria yang request.

Jika sudah ada calon yang sesuai, biodata akan ditukar kemudian keduanya dipertemukan untuk saling mengeksplorasi informasi pribadi. Murobbi akan mendampingi saat pertemuan  atau menunjuk seseorang yang dipercaya untuk menggantikan perannya pada pertemuan ta’aruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement