Sabtu 27 Aug 2016 09:14 WIB

Yuk! Mengenal Taaruf

Red: M Akbar
Achmad Qodratu
Foto:

3. Ta’aruf Kesengsem

Ta’aruf versi ini adalah bila kita kesengsem (jatuh hati) pada seseorang. Kesengsem adalah istilah bahasa Jawa yang berarti sangat tertarik pada sesuatu. Saat kita merasa tertarik lalu timbul perasaan cocok hingga muncul pula keyakinan dalam hati orang tersebut juga akan tertarik pada kita, nah itulah kira-kira yang disebut kesengsem.

Karena merasa kesengsem, memberanikan diri untuk menyampaikan niatnya untuk proses ta’aruf langsung pada yang bersangkutan. Bukan untuk pacaran, tapi proses untuk menuju jenjang pernikahan. Biasanya prosesnya adalah bertukar informasi pribadi, berkunjung dan bertemu dengan keluarga lalu penentuan keputusan.

Proses ini tak jarang akhirnya terjerumus menjadi pacaran yang diselubungi istilah 'Islami' agar terkesan relijius. Karena tidak ada yang mengontrol dan menjadi perantara dalam prosesnya.

4. Ta’aruf ala Siti Nurbaya

Ini adalah ta’aruf versi perjodohan para orang tua yang berkomitmen untuk besanan. Semua prosesnya sudah diikat dengan komitmen harus menikah. Perkenalan bukan lagi sebagai bahan pertimbangan untuk menolak atau menerima, melainkan untuk sekedar tahu siapa calon pasangan yang akan dinikahi.

5. Ta’aruf Tawakal

Versi ini sudah ada sejak zaman Rasulullah. Yakni, saat Rasulullah SAW menjodohkan seorang sahabat bernama Julaibid dengan seorang muslimah. Julaibid diperintah Rasulullah datang ke rumah muslimah tersebut untuk menemui ayah sang muslimah kemudian menyampaikan lamarannya atas rekomendasi Rasulullah. Juga dikisahkan, proses pernikahan orang tua Imam Syafi’i Rahimahullah.

Saya pribadi pernah membantu proses Ta’aruf versi tawakal ini. Memang yang menempuh versi ini adalah mereka yang memiliki keimanan yang baik dan keyakinan yang tinggi terhadap takdir.

Walaupun berbeda versi, semuanya itu ternyata memiliki prinsip yang sama. Yakni,

1. Rahasia.

Proses ta’aruf bukan untuk dipublikasikan. Justru harus dirahasiakan dari publik. Syiarnya diawali saat lamaran dan puncaknya saat walimatul Ursy (Perayaan Pernikahan). Publikasi baru dilakukan lewat surat undangan pernikahan.

2. Proses singkat.

Proses Ta’aruf paling lama dalam hitungan bulan sudah berlanjut menjadi akad nikah. Tidak bertele-tele hingga bertahun-tahun menjallin hubungan dengan sebuah komitmen yang rapuh untuk sekedar mengenal calon.

3. Keputusan Jelas tidak berlarut-larut. 

4. Menghindari perbuatan zina.

5. Hanya dilakukan oleh yang serius dan siap menikah.

Proses ta’aruf hanya dilakukan mereka yang siap menikah, karena itu prosesnya dijalani dengan serius walaupun dalam suasana santai.

Proses ta’aruf mendorong seseorang bisa segera mendapatkan jodohnya dengan tetap menjaga kehormatannya tanpa membuang waktu percuma. Tak seperti mereka yang memilih metode pacaran yang terjebak komitmen dan keadaan.

Bertahun-tahun menjalin komitmen pacaran, ternyata pacarnya itu ditakdirkan bukan jodohnya. Adapula yang pacaran bertahun-tahun, begitu menikah, usia pernikahan hanya hitungan bulan.

Jika proses ta’aruf gagal, tidak akan berdampak mendalam. Tak perlu sedih dan berduka, karena yang diproses ta’aruf bukan siapa-siapa dan belum ada komitmen apa-apa. Namanya belum terukir permanen dalam hati dan memori kita. Dalam waktu singkat bisa segera proses dengan orang lain.

Selamat Ta’aruf. Semoga Allah mudahkan!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement