REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya Malang mampu mengubah air lindi dari limbah sampah menjadi sumber energi listrik dengan menggunakan alat-alat sederhana yang mereka ciptakan.
Salah seorang peneliti yang berhasil menciptakan alat-alat pengubah air lindi menjadi energo listrik itu, Lazuardi Kusumandaru di Malang, Jawa Timur, Jumat (26/8) mengaku dirinya bersama beberapa rekan lainnya mampu menyelesaikan penelitian tersebut dalam waktu sekitar empat bulan.
"Banyak air lindi yang dihasilkan dari sampah menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) Supiturang Kecamatan Sukun, bahkan sampai menjadi kolam. Dari 700 ton sampah yang ditampung di TPA setiap hari, setidaknya menghasilkan 42 liter air lindi. Jika air lindi itu tidak dimanfaatkan, dampaknya adalah pencemaran lingkungan," katanya.
Penelitian yang dilakukan mahasiswa FTP UB itu terinspirasi dari hasil penelitian seorang dosen luar negeri dan dilatarbelakangi kurangnya pemanfaatan sampah di TPA Supiturang. Air lindi banyak mengandung karbohidrat dan protein yang dikonsumsi bakteri.
Bakteri yang menempel pada anoda (alat khusus yang sudah disiapkan tim), ujarnya, akan menghasilkan elektron dan proton.
Pemanfaatan 1 liter air lindi bisa menghasilkan 500 Ml Volt dan 0,11 Ml Amper. "Ada dua bak dengan anoda di dalamnya, selanjutnya bakteri akan menempel pada anoda dan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan elektron dan menghasilkan energi listrik," urainya.
Rencananya penelitian tersebut akan dikembangkan lebih lanjut dan bekerja sama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang.
Sebelumnya, Kepala Bappeda Kota Malang Wasto terus mendorong pemanfaatan air lindi sebagai alternatif sumber energi listrik terbarukan dengan memfasilitasi kreatornya. Air lindi yang sudah dimodifikasi sebagai energi listrik terbarukan itu nantinya dapat digunakan masyarakat di sekitar TPA Supiturang.
"Harapannya adalah terciptanya image yang baik mengenai limbah dalam mewujudkan masyarakat mandiri energi serta memberikan motivasi bagi masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan biomasa di sekitar lingkungan untuk konversi menjadi energi alternatif," ujarnya.
Bappeda juga berencana akan mengembangkan potensi kreatif warga dengan membentuk paguyuban bersama sebagai wadah dan tempat berkumpul para inovator untuk berdiskusi dan mengaplikasikan hasil karya mereka, bahkan pemerintah juga akan menjembatani hasil karya para inovator ini untuk dipatenkan serta dipasarkan dengan menggandeng Malang Creative Fusion (MCF), serta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).